Maka, harus dengan apalagi aku harus membahasakan rindu ini jika dengan suara paling pelan pun kau barangkali tak mendengarnya? atau mungkin rindu memang tak perlu dibahasakan? Membiarkannya hanya menjadi dengung-dengung kecil yang tak kunjung dinyanyikan? Entahlah...
Minggu, 11 Juli 2010
Tapakmu…
Malam ini, kujarah sinar matahari melalui mata hatiku lantaran obor yang kunyalakan tak mampu melukis jejakmu
Hilang kemanakah tapakmu?
Dan jika makin malam, saat tetes-tetes embun mulai menidurkan dedebuan yang melenggak bersama semilir angin, juga tak kutemukan,
Akan kemanakah kucari senyummu?
Tapakmu, ibu
Jejakmu, ibu,
Senyummu, ibu
Hingga lelah menjarah sekucur jiwaku dan peluh mengucur deras menapaki setiap lekuk tubuhku,
Lamat kudengar bisikan merdu;
“merunduklah, dihatimu kau pasti temukan tapak jejak itu…”
Ah, Tuhan itu suara ibuku!
Jakarta, 10 Juli 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Sip...
BalasHapusapi komemnya di semat di bawah entri aja, poh..
ya, ya, ya...
BalasHapusterima kasih!
Tes lagi...
BalasHapusMuncul nggak potoku ya?
SIP, SIDO MUNCUL..
BalasHapusHaha!