Hari ini adalah hari terakhir dengan buku lama, tepatnya tanggal 14 Sya’ban 1431. Dan sebagaimana saya yakini sejak kecil melalui guru-guru dan ustadz-ustadz saya, bahwa selain Bulan Sya’ban adalah termasuk dalam bulan yang dimulyakan dalam islam, di dalam bulan ini juga terjadi sebuah moment yang sangat penting yaitu, malam nisfu sya’ban. Malam nisfu Sya’ban, tanggal 15 Sya’ban, adalah malam pergantian buku catatan amal kita selama setahun. Malam pergantian raport tentang catatan semua perbuatan kita selama setahun yang berhasil dituliskan oleh kedua malaikat yang setia menjadi spionase segala pergerakan kita, Malaikat Roqib dan Malaikat ‘Atid, kedua malaikat yang setia berada di pundak kanan dan kiri kita.
Dan nanti malam, catatan amal itu akan dilaporkan kepada Allah swt., Dzat pemilik mutlak dari setiap makhluq-Nya. Dialah sebagai penentu dari legalitas raport itu. Semua perbuatan tampak yang baik dan dan yang buruk sudah tercatat, tak ada satupun yang terlewatkan. Semuanya sangat jelas, tak ada yang remang. Berapa kali tidak shalat, tidak zakat, dan tidak berpuasa. Berapa kali kita menghina, mencaci, bebohong, berjanji dan tidak ditepati. Berapa kali kita bersedekah, berinfaq, membantu sesama, memberi makan anak yatim. Dan berapa kali yang lainnya, semuanya sudah termaktub, tak perlu khawatir.
Dan nanti, di padang mahsyar, dimana semua umat berkumpul di bawah terik matahari yang berada tepat sejengkal di atas kepala, semua catatan itu akan dipertanggungjawabkan. Dan kembali, semua itu berada dalam kuasa Allah swt., Dzat yang tak pernah tidur mengawasi setiap gerak-gerik hamba-Nya, yang terlihat dan yang tersembunyi, yang jelas dan yang remang. Nanti, di padang mahsyar, bukan mulut kita yang suka berbohong yang akan menjadi saksi, melainkan tangan dan kaki, bahkan bulu-bulu yang menutupi tubuh kita, semuanya akan menjadi saksi!
Jadi, tak sedikitpun ada celah untuk mengingkari itu!!!
Sayang sekali, semuanya masih rahasia. Tidak seperti pergantian raport yang terjadi di sekolah-sekolah, dimana kita bisa tahu berapa jumlah nilai yang kita punya, apakah kita masuk dalam kategori orang-orang yang naik kelas?, apa saja nilai yang kecil, dan sebagainya. Bukan. Bukan seperti itu, kawan! Semuanya masih rahasia, tak satupun ada yang tahu, dan tak aka nada bocoran akan hal ini. Semuanya hanya bisa kita reka, dengan kontemplasi dan perenungan, dengan muhasabah terhadap semua yang terjadi dalam masa-masa setahun ini. Karena kalau mau jujur, jika yang dijadikan standard baik tidaknya amal kita adalah dengan naik kelas, maka mungkin nilai ibadah dan amal yang lainnya masih berada jauh di bawah standard, dan mungkin kita tidak naik kelas lantaran nilai yang tertera banyak merahnya. Dus, inilah salah satu misteri dari bulan Sya’ban ini, semua orang harus mengkontemplasi dirinya sendiri, dengan sejernih mungkin, dengan serendah hati mungkin.
Bahwa setiap tahun, setiap bulan, setiap hari, dan setiap jam, kita harus selalu berusaha untuk menjadi lebih baik. Menjadi orang baik yang benar-benar baik. Dan di atas semua itu, setidaknya kita akan selalu berusaha untuk menjadi orang yang khusnul khatimah, yaitu orang yang berhasil menutup hidupnya dengan manis, dengan Happy Ending. Ya, Allah, jangan jadikan kami termasuk di antara hamba-hamba-Mu yang sad ending dalam hidupnya…
Allahumma inni a’udzubika min khusnil khaatimah, wa na’udzubika min su-i al-katimah. Amin, ya, Rob…
Maka, semua orang, sebagaimana yang menjadi kebiasaan sebagian masyarakat kita, mempergunakan malam nisfu Sya’ban ini sebagai malam untuk saling memaafkan. Di desa saya, semua orang keluar ke jalan-jalan untuk mengunjungi para tetangga bahkan yang jauh sekalipun untuk berjabat tangan dan meminta maaf. Yang ada di rumah maupun yang berpapas di jalan, semuanya mengharap maaf dengan berjabat tangan.
Idzinkan hamba-Mu yang hina ini berdo’a, Ya Allah…
“…Ya, Allah, malam ini di bulan yang Kau mulyakan, ampunilah hamba-Mu yang penuh dosa ini lantaran tak ada yang bisa mengampuni dan menghapus dosaku kecuali Engkau, Ya Allah…
Alhamdulillah, jika sampai detik ini aku masih Kau beri kesempatan untuk menghirup nafas ciptaan-Mu, makan dan minum dengan Rezeki dari-Mu, dan hidup di bumi indah-Mu, sementara sering sekali aku melupakan-Mu, sering sekali aku melanggar perintah-Mu, dan sering kali aku beribadah dengan setengah hati kepada-Mu. Ampuni hamba-Mu ini,
Ya Allah…
Dan jika malam ini adalah malam dimana catatan perbuatanku akan dilaporkan oleh kedua malaikat-Mu, hamba tidak meminta apapun kecuali rahmat dan barokah dari-Mu. Hamba tidak meminta-Mu untuk merubah takdirku yang telah Kau tuliskan, aku hanya memohon kepada-Mu, berikan kekuatan untuk menerimanya dengan sepenuh hati…
Ya Allah, jadikanlah aku orang pemberani yang siap menerima akibat dari perbuatan burukku. Dan jadikan aku seorang lemah yang selalu haus untuk mencari rahmat menuju jalan-Mu.
Ya, Allah, jadikan hamba-Mu ini sebagai orang yang khusnul khatimah dengan bertaqwa kepada-Mu, mencintai Rosul-Mu, berbakti kepada kedua orang tua dan guru-guru. Di atas semua itu, jadikan aku sebagai orang yang akan menangis tersedu-sedu lantaran hari ini tidak lebih baik dari hari sebelumnya. Jadikan aku sebagai hamba-Mu yang haus akan hidayah dan ilmu-Mu…
Ya, Allah. Ya, Rahman. Ya, Rahim…
Hamba mohon ampun jika dalam setiap kesempatan yang Engkau berikan, sering hamba sia-siakan. Hamba-Mu yang lemah ini penuh dosa, hina, dan sering berbuat nista. Maka, kepada siapa bisa memohon ampun jika tidak kepada-Mu? Kugantungkan Iman dan islamku, kepasrahkan rizqiku, kuberikan umur dan pertaubatanku kepada-Mu. Hanya kepada-Mu, ya Allah…
Ya, Allah…
Di akhir do’aku, idzinkan hamba dan keluarga hamba, kelak menjadi salah satu diantara hamba-hamba-Mu, yang bisa melihat-Mu…
Amien…”
Bartir, 26 Juli 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar