Pages

Minggu, 01 Agustus 2010

Ibu

Biar kumengais sisa telapak kakimu
Sebab kutahu terselip surga pada dedebuan itu

Jika secarik nafasmu kau robek
Pun sepenggal kepalaku kau tebas
Tak akan terbayar hangat dekapmu, ibu…

Dulu, sering sekali kudengar nyanyian surgawi pada getar suaramu saat kau kecup keningku di rubaiyat malam lalu melelapkanku dalam peluk kasihmu.
Sementara lelentik jemarimu membelai mesra rambutku
Sebaris do’a kudengar
“tidurlah, saying… jangan kau nakal!”

Maaf ibu, jika hingga kini belum kuresapi do’amu
Tapi, delerai air mata dan kucur keringatmu sudah kupersiapkan untuk melukis semyummu
Lantaran aku tahu;
Ada senyum Tuhan pada senyum manis bibirmu…

Ibu…
Istanaku, 2010

Tunggu saja!

Terima kasih kuucapkan atas kebencian yang kau sematkan
Akan kusiapkan loyang besar biar menampung ludah ocehanmu
Suatu saat, akan kubuang ludah itu
; tepat di wajahmu!

Nikmatilah bau busuk liurmu,
Lebih busuk dari liurku, kawan…
Bata-Bata, 2008

Kidung wanita bercadar

Senyum simpul dibalik cadar hitam itu
Bisa kunikmati dari bahasa matanya yang bersinar
Meski tak kudengar bisik suara
Tapi kupastikan itulah bahasa hatinya
Aku biarkan saja
Aku diamkan saja
Meski pada kilat cahaya matanya yang lain
Kutemukan setitik mendung tertahan

(aku tahu perempuan itu jujur, tapi aku tak bisa dibohongi!)

Pada suatu pagi,
Saat matahari menyembul tipis dengan senyum manis
Lamat sekali kudengar sebuah nyanyian
Melucuti sel saraf menjadi tegang
Hingga aku sadar bahwa kilatan mata yang lain itu
Adalah kidung ketakutan,
Kekhawatiran atas penindasan terhadap kaum perempuan
Palduding-Pamekasan, 2008

Getaran itu

Masih saja getar itu erat kupegang
Saat tatap mata kita menyatu dalam garis kebingungan
Kunikmati wajah angkuhmu dengan sejuta cibiran itu
Aneh,
Getar itu semakin mengencang
Sempat perlahan, lalu terus saja mengencang

Akhirnya, hati kita mengharu biru tersipu malu
Huuu, cinta!
Bata-Bata, 2008

Kita bisa tersenyum

Sinar matahari yang konon garang itu
; berhasil kita permalukan, sayang
Lantaran panasnya masih terlalu dingin untuk mengusik kemesraan yang kita rasa
Duduk kita di tepi pantai,
Menikmati lekukan reriak gelombang yang sesekali menjadi gemuruh pelan
Meresapi bisikan mesra desir angin
Menyapai lelambai dedaunan yang riang meyuarakan alam
Selamat siang, kabahagiaan
Cinta kita berdendang kemudian

Ah, tapi tatapan sinis mereka seperti mengejek kebersamaan ini
“kalian tak akan mampu bertahan!”
Kita terpekur dalam diam
Menyisir tiap jengkal imaji yang beku
Untuk kemudian mengangguk samar-samar
; kalau itu memang sebuah keharusan!
Bata-Bata, 2008

Terserah rindu saja

Kutitip rindu pada sesajakan tumbang di tebang malam
Rindu menggeliat diantara rerumpun kata
Menyisakan delerai duka pada tetes airmata yang mengalir diantara jenak-jenak diamku
Tangisan kata tumpah menyeruak memecah keheningan
Membasahi jiwaku yang kering kerontang

Jika pada tiap nada tersirat cinta
Dan cinta harus dengan kata
Maka, aku pasti diam saja!

Ah, kebingungan ini adalah pilihan demi merenda makna pada robekan dunia

Carilah di tengah pecahan hidup yang terserak di mana tempat ada,

Lalu, rinduku bagaimana?
Bata-Bata, 2008

Terserah rindu saja

Kutitip rindu pada sesajakan tumbang di tebang malam
Rindu menggeliat diantara rerumpun kata
Menyisakan delerai duka pada tetes airmata yang mengalir diantara jenak-jenak diamku
Tangisan kata tumpah menyeruak memecah keheningan
Membasahi jiwaku yang kering kerontang

Jika pada tiap nada tersirat cinta
Dan cinta harus dengan kata
Maka, aku pasti diam saja!

Ah, kebingungan ini adalah pilihan demi merenda makna pada robekan dunia

Carilah di tengah pecahan hidup yang terserak di mana tempat ada,

Lalu, rinduku bagaimana?
Bata-Bata, 2008

Tetaplah bersamaku

Padaku kau datang di pagi buta
Saat lentik jemariku belum sempurna melukis segaris luka
Debur hatiku terampas sunyi
Lalu kau taburkan bunga rampai asmara
Menusuk tepat di jantung dada
Maka, pada lelembaran itu kupagut imaji pada titik pagi

Kalau boleh kupinta
Datanglah di setiap pagi buta
Menaburkan harum bidadari tujuh bunga
Bawakan padaku secawan anggur cinta
Biar kureguk demi mengejek setiap duka

Kesinilah,
Sebelum jilatan angkuh matahari merampasmu dalam ketakberdayaanku
Bata-Bata, 2008