Pages

Minggu, 19 September 2010

Ringkasan Comment FB

meninggalkannya disana, sungguh menggelisahkan. ada rindu yang tiba-tiba menyeruak begitu besar. tapi, bukankah rindu memang membutuhkan jarak, selalu membutuhkan jeda?. maka, kali ini aku hanya bisa berdo'a, semuanya akan baik-baik saja hingga waktu itu tiba. cintaku tertinggal di madura...

maka, izinkan aku membawamu pada keramaian pasar, pada khalayak ramai, pada riuh jejak dan tapak kerumun manusia yang membingungkan. jika kau jatuh, aku akan merangkulmu. jika kau lelah, tidurlah di dadaku. dan jika kau kedinginan, izinkan aku memelukmu dalam dekap hangatku... tiara!

jika kau masih ingin mengejekku, silahkan. jika masih suka menghinaku, silahkan. jika masih belum puas menilaiku, silahkan. sebab semua itu adalah tanggung jawabku...
tapi tolong, jangan sekali-kali kau membawa para tetuaku, apalagi orang tuaku. ini sangat tidak fair, lantaran aku tahu mereka tidak pernah mengajari sedi...kitpun hal tidak baik pada diriku...
awas, jika kau lakukan itu!

Minggu, 01 Agustus 2010

Ibu

Biar kumengais sisa telapak kakimu
Sebab kutahu terselip surga pada dedebuan itu

Jika secarik nafasmu kau robek
Pun sepenggal kepalaku kau tebas
Tak akan terbayar hangat dekapmu, ibu…

Dulu, sering sekali kudengar nyanyian surgawi pada getar suaramu saat kau kecup keningku di rubaiyat malam lalu melelapkanku dalam peluk kasihmu.
Sementara lelentik jemarimu membelai mesra rambutku
Sebaris do’a kudengar
“tidurlah, saying… jangan kau nakal!”

Maaf ibu, jika hingga kini belum kuresapi do’amu
Tapi, delerai air mata dan kucur keringatmu sudah kupersiapkan untuk melukis semyummu
Lantaran aku tahu;
Ada senyum Tuhan pada senyum manis bibirmu…

Ibu…
Istanaku, 2010

Tunggu saja!

Terima kasih kuucapkan atas kebencian yang kau sematkan
Akan kusiapkan loyang besar biar menampung ludah ocehanmu
Suatu saat, akan kubuang ludah itu
; tepat di wajahmu!

Nikmatilah bau busuk liurmu,
Lebih busuk dari liurku, kawan…
Bata-Bata, 2008

Kidung wanita bercadar

Senyum simpul dibalik cadar hitam itu
Bisa kunikmati dari bahasa matanya yang bersinar
Meski tak kudengar bisik suara
Tapi kupastikan itulah bahasa hatinya
Aku biarkan saja
Aku diamkan saja
Meski pada kilat cahaya matanya yang lain
Kutemukan setitik mendung tertahan

(aku tahu perempuan itu jujur, tapi aku tak bisa dibohongi!)

Pada suatu pagi,
Saat matahari menyembul tipis dengan senyum manis
Lamat sekali kudengar sebuah nyanyian
Melucuti sel saraf menjadi tegang
Hingga aku sadar bahwa kilatan mata yang lain itu
Adalah kidung ketakutan,
Kekhawatiran atas penindasan terhadap kaum perempuan
Palduding-Pamekasan, 2008

Getaran itu

Masih saja getar itu erat kupegang
Saat tatap mata kita menyatu dalam garis kebingungan
Kunikmati wajah angkuhmu dengan sejuta cibiran itu
Aneh,
Getar itu semakin mengencang
Sempat perlahan, lalu terus saja mengencang

Akhirnya, hati kita mengharu biru tersipu malu
Huuu, cinta!
Bata-Bata, 2008