tag:blogger.com,1999:blog-46857944230277693502024-02-07T10:25:21.365+07:00mutiara senjaMaka, harus dengan apalagi aku harus membahasakan rindu ini jika dengan suara paling pelan pun kau barangkali tak mendengarnya? atau mungkin rindu memang tak perlu dibahasakan? Membiarkannya hanya menjadi dengung-dengung kecil yang tak kunjung dinyanyikan? Entahlah...Mustafa Afifhttp://www.blogger.com/profile/15881170048624524522noreply@blogger.comBlogger28125tag:blogger.com,1999:blog-4685794423027769350.post-13568931053602659282010-09-19T20:07:00.000+07:002010-09-19T20:07:12.239+07:00Ringkasan Comment FB<!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:PunctuationKerning/> <w:ValidateAgainstSchemas/> <w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:SnapToGridInCell/> <w:WrapTextWithPunct/> <w:UseAsianBreakRules/> <w:DontGrowAutofit/> </w:Compatibility> <w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> </w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:LatentStyles DefLockedState="false" LatentStyleCount="156"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]> <style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt;
mso-para-margin:0in;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-language:#0400;
mso-fareast-language:#0400;
mso-bidi-language:#0400;}
</style> <![endif]--> <h3><span class="uistorymessage">meninggalkannya disana, sungguh menggelisahkan. ada rindu yang tiba-tiba menyeruak begitu besar. tapi, bukankah rindu memang membutuhkan jarak, selalu membutuhkan jeda?. maka, kali ini aku hanya bisa berdo'a, semuanya akan baik-baik saja hingga waktu itu tiba. cintaku tertinggal di madura...</span></h3><div class="MsoNormal"><b><span style="font-size: 14pt;">maka, izinkan aku membawamu pada keramaian pasar, pada khalayak ramai, pada riuh jejak dan tapak kerumun manusia yang membingungkan. jika kau jatuh, aku akan merangkulmu. jika kau lelah, tidurlah di dadaku. dan jika kau kedinginan, izinkan aku memelukmu dalam dekap hangatku... tiara!</span></b></div><h3><span class="uistorymessage">jika kau masih ingin mengejekku, silahkan. jika masih suka menghinaku, silahkan. jika masih belum puas menilaiku, silahkan. sebab semua itu adalah tanggung jawabku...</span><br />
<span class="uistorymessage">tapi tolong, jangan sekali-kali kau membawa para tetuaku, apalagi orang tuaku. ini sangat tidak fair, lantaran aku tahu mereka tidak pernah mengajari sedi</span><span class="textexposedhide">...</span><span class="textexposedshow">kitpun hal tidak baik pada diriku...</span><br />
<span class="textexposedshow">awas, jika kau lakukan itu!</span></h3><h3><span class="uistorymessage"><a name='more'></a>Menilai,</span><br />
<span class="uistorymessage">Masal lalu, masa yang ada di belakang kita. penuh warna, bahkan menyisakan kemirisan tersendiri buat kita. tapi, apapun itu, lebih baik disebut mantan orang jahat ketimbang dibilang mantan orang baik. lantaran siapapun pasti mengalami perubahan, lebih baik atau justru sebaliknya. jadi, jika harus menilai, nilai</span><span class="textexposedhide">...</span></h3><h3><span class="uistorymessage">ak bs sdkit pham ttng dlerai airmta yg dl sring t' bs kuthan,</span><br />
<span class="uistorymessage">y, bhw di buln suci ini, smua crta it sdh sdkit mrmaikan krtas putih yg tlh lma kprsiapkan.</span><br />
<span class="uistorymessage">kau thu knp? sbb ak t' mau mmulai it jk tdk dgn kbahagian, dn itu sdh bs klkukan brsmanya,</span><br />
<span class="uistorymessage">pd jenak-jenak kmdian, akn mncul bnyk kejutan. tp, suatu saat nnti, jk tba wkt</span><span class="textexposedhide">...</span><span class="textexposedshow">uny, do'a dn usaha kta akn brjabat tangan di ats langit. dan mgkin, itu sdh trjdi skrang,</span><br />
<span class="textexposedshow">Amin...</span></h3><h3><span class="uistorymessage">cukup lama aku tak mengirimkan untukmu kalimat usang, ah bukan usang, tapi lantaran terlalu lama tersimpan...</span><br />
<span class="uistorymessage">dan setelah aku bisa mengucapkan dengarkan pelan-pelan;</span><br />
<br />
<span class="uistorymessage">aku benar-benar mencintainya, kawan...</span><br />
<span class="uistorymessage">sederhana saja!</span></h3><h3><span class="uistorymessage">Menjalani semuanya, normal, seperti biasa. Aku tahu, akan ada banyak rintangan dalam perjalanan cinta ini, mungkin dariku, darinya, dan yang berada di sekitar kami.</span><br />
<span class="uistorymessage">Ya Allah, berilah kami kesabaran, limpahkan pada kami ketabahan, anugerahkan untuk kami cinta terindah yang akan kami jaga hingga saat itu tiba...</span><br />
<span class="uistorymessage">AMIN...</span></h3><h3><span class="uistorymessage">maka, setelah delerai airmata mengucur deras, kini senyum indah terlukis di bibirku. Dan sebagai sebuah pertanggungjawaban, kita berjanji untuk tidak saling mengkhianati...</span><br />
<span class="uistorymessage">kita berjanji untuk selalu berdoa agar Allah mempercepat perjodohan kita, tentu dengan ridlo-Nya....</span><br />
<span class="uistorymessage">Amin.</span></h3><h3><span class="uistorymessage">Ya Allah, jadikan apa yang telah aku lakukan semalam sebagai usaha menyatukan jodohku dengannya, meski aku tahu itu adalah kesalahan, tapi Kau maha tahu apa yang kami inginkan dengan semua ini. "ampon cokop, ya Allah..." _(Engkau pasti mengabulkan doa-doa kami)_</span></h3><h3><span class="uistorymessage">jati diri memang akan selalu berkaitan dengan Tuhan,</span><br />
<span class="uistorymessage">jati pohon akan </span><br />
<span class="uistorymessage">selalu berkaitan dengan hutan...</span><br />
<span class="uistorymessage">dan orang terdahulu, kadang memang senang mencari Tuhan di hutan-hutan</span><br />
<span class="uistorymessage">apa mungkin jati diri kita dekat dengan jati pohon di hutan?</span></h3><h3><span class="uistorymessage">Ya Allah</span><br />
<span class="uistorymessage">jadikanlah dia diaku, dan aku akunya</span><br />
<span class="uistorymessage">selamanya...</span><br />
<span class="uistorymessage">Amin ya mujibassailin...</span></h3><h3><span class="uistorymessage">ah, semalam dunia seperti berhenti berputar sejenak, menyaksikan kemesraan yang kita rajut dalam monodi keheningan. semoga saja, di bulan yang suci ini, yang terjadi semalam menjadi do'a bahwa kita akan bersama selamanya...</span><br />
<span class="uistorymessage">Amien ya Rabbi...</span></h3><h3><span class="uistorymessage">Maka, harus</span><br />
<span class="uistorymessage">dengan apalagi aku harus membahasakan rindu ini jika dengan suara paling pelan</span><br />
<span class="uistorymessage">pun kau barangkali tak bisa mendengarnya? atau mungkin rindu memang tak perlu</span><br />
<span class="uistorymessage">dibahasakan? Membiarkannya hanya menjadi dengung-dengung kecil yang tak</span><br />
<span class="uistorymessage">seharusnya disuarakan? Entahlah...</span></h3><h3><span class="uistorymessage">kau yang tak mengerti, apa aku yang kurang jelas mengucapkan?</span><br />
<span class="uistorymessage">bukan aku yang menjauh, tapi kamu yang selalu menghindar dari apapun yang berusaha mendekatimu!!!</span></h3><h3><span class="uistorymessage">aha, baru saja dari semilir angin yang mengelus pelan kulitku, aku dapat kabar bahwa kau disana juga merindukanku...</span><br />
<span class="uistorymessage">lalu, coba katakan padaku, kenapa aku harus bahagia?</span><br />
<span class="uistorymessage">dari pada kau merindukanku untuk meninggalkanku, lebih baik tetaplah kau disisiku, meski tak merindukanku!</span><br />
<span class="uistorymessage">berrrrr...</span></h3><h3><span class="uistorymessage">dalam rentang waktu yang panjang, aku menunggumu dalam kekalutan. dan jika diperkenankan, izinkan aku sejenak bernafas, menuliskan delerai airmata pada tiap bait kerinduanku...</span></h3><h3><span class="uistorymessage">kalau saja, dari kemarin aku sadar bahwa semua itu hanya permainan, tak seperti ini mungkin... tapi bukankah hidup adalah permainan??? dan seperti kata fauz Noor, permainan adalah untuk dinikmati ketidakmengertiannya! tega kali, kau...</span></h3><h3><span class="uistorymessage">Kemiripan wajah kita ini mungkinkah sebuah pertanda bahwa semuanya akan seperti yang kita harapkan? Amien... Amien... Amien...</span></h3><h3> </h3><h3> </h3>Mustafa Afifhttp://www.blogger.com/profile/15881170048624524522noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4685794423027769350.post-6903736781026746152010-08-01T19:59:00.002+07:002010-08-01T19:59:47.598+07:00IbuBiar kumengais sisa telapak kakimu<br />
Sebab kutahu terselip surga pada dedebuan itu<br />
<br />
Jika secarik nafasmu kau robek<br />
Pun sepenggal kepalaku kau tebas<br />
Tak akan terbayar hangat dekapmu, ibu…<br />
<br />
Dulu, sering sekali kudengar nyanyian surgawi pada getar suaramu saat kau kecup keningku di rubaiyat malam lalu melelapkanku dalam peluk kasihmu.<br />
Sementara lelentik jemarimu membelai mesra rambutku<br />
Sebaris do’a kudengar<br />
“tidurlah, saying… jangan kau nakal!”<br />
<br />
Maaf ibu, jika hingga kini belum kuresapi do’amu<br />
Tapi, delerai air mata dan kucur keringatmu sudah kupersiapkan untuk melukis semyummu<br />
Lantaran aku tahu;<br />
Ada senyum Tuhan pada senyum manis bibirmu…<br />
<br />
Ibu…<br />
Istanaku, 2010Mustafa Afifhttp://www.blogger.com/profile/15881170048624524522noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4685794423027769350.post-60573896560908470662010-08-01T19:58:00.002+07:002010-08-01T19:58:47.747+07:00Tunggu saja!Terima kasih kuucapkan atas kebencian yang kau sematkan<br />
Akan kusiapkan loyang besar biar menampung ludah ocehanmu<br />
Suatu saat, akan kubuang ludah itu<br />
; tepat di wajahmu!<br />
<br />
Nikmatilah bau busuk liurmu,<br />
Lebih busuk dari liurku, kawan…<br />
Bata-Bata, 2008Mustafa Afifhttp://www.blogger.com/profile/15881170048624524522noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4685794423027769350.post-37328780867233112062010-08-01T19:57:00.002+07:002010-08-01T19:57:45.287+07:00Kidung wanita bercadarSenyum simpul dibalik cadar hitam itu<br />
Bisa kunikmati dari bahasa matanya yang bersinar<br />
Meski tak kudengar bisik suara<br />
Tapi kupastikan itulah bahasa hatinya<br />
Aku biarkan saja<br />
Aku diamkan saja<br />
Meski pada kilat cahaya matanya yang lain<br />
Kutemukan setitik mendung tertahan<br />
<br />
(aku tahu perempuan itu jujur, tapi aku tak bisa dibohongi!)<br />
<br />
Pada suatu pagi,<br />
Saat matahari menyembul tipis dengan senyum manis<br />
Lamat sekali kudengar sebuah nyanyian<br />
Melucuti sel saraf menjadi tegang<br />
Hingga aku sadar bahwa kilatan mata yang lain itu<br />
Adalah kidung ketakutan,<br />
Kekhawatiran atas penindasan terhadap kaum perempuan<br />
Palduding-Pamekasan, 2008Mustafa Afifhttp://www.blogger.com/profile/15881170048624524522noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4685794423027769350.post-81165255332772985662010-08-01T19:56:00.003+07:002010-08-01T19:56:41.656+07:00Getaran ituMasih saja getar itu erat kupegang<br />
Saat tatap mata kita menyatu dalam garis kebingungan<br />
Kunikmati wajah angkuhmu dengan sejuta cibiran itu<br />
Aneh,<br />
Getar itu semakin mengencang<br />
Sempat perlahan, lalu terus saja mengencang<br />
<br />
Akhirnya, hati kita mengharu biru tersipu malu<br />
Huuu, cinta!<br />
Bata-Bata, 2008Mustafa Afifhttp://www.blogger.com/profile/15881170048624524522noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4685794423027769350.post-53123314001960460712010-08-01T19:55:00.002+07:002010-08-01T19:55:49.629+07:00Kita bisa tersenyumSinar matahari yang konon garang itu<br />
; berhasil kita permalukan, sayang<br />
Lantaran panasnya masih terlalu dingin untuk mengusik kemesraan yang kita rasa<br />
Duduk kita di tepi pantai,<br />
Menikmati lekukan reriak gelombang yang sesekali menjadi gemuruh pelan<br />
Meresapi bisikan mesra desir angin<br />
Menyapai lelambai dedaunan yang riang meyuarakan alam<br />
Selamat siang, kabahagiaan<br />
Cinta kita berdendang kemudian<br />
<br />
Ah, tapi tatapan sinis mereka seperti mengejek kebersamaan ini<br />
“kalian tak akan mampu bertahan!”<br />
Kita terpekur dalam diam<br />
Menyisir tiap jengkal imaji yang beku<br />
Untuk kemudian mengangguk samar-samar<br />
; kalau itu memang sebuah keharusan!<br />
Bata-Bata, 2008Mustafa Afifhttp://www.blogger.com/profile/15881170048624524522noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4685794423027769350.post-43545930301296434302010-08-01T19:54:00.005+07:002010-08-01T19:54:52.254+07:00Terserah rindu sajaKutitip rindu pada sesajakan tumbang di tebang malam<br />
Rindu menggeliat diantara rerumpun kata<br />
Menyisakan delerai duka pada tetes airmata yang mengalir diantara jenak-jenak diamku<br />
Tangisan kata tumpah menyeruak memecah keheningan<br />
Membasahi jiwaku yang kering kerontang<br />
<br />
Jika pada tiap nada tersirat cinta<br />
Dan cinta harus dengan kata<br />
Maka, aku pasti diam saja!<br />
<br />
Ah, kebingungan ini adalah pilihan demi merenda makna pada robekan dunia<br />
<br />
Carilah di tengah pecahan hidup yang terserak di mana tempat ada,<br />
<br />
Lalu, rinduku bagaimana?<br />
Bata-Bata, 2008Mustafa Afifhttp://www.blogger.com/profile/15881170048624524522noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4685794423027769350.post-83047754239621249722010-08-01T19:54:00.003+07:002010-08-01T19:54:45.454+07:00Terserah rindu sajaKutitip rindu pada sesajakan tumbang di tebang malam<br />
Rindu menggeliat diantara rerumpun kata<br />
Menyisakan delerai duka pada tetes airmata yang mengalir diantara jenak-jenak diamku<br />
Tangisan kata tumpah menyeruak memecah keheningan<br />
Membasahi jiwaku yang kering kerontang<br />
<br />
Jika pada tiap nada tersirat cinta<br />
Dan cinta harus dengan kata<br />
Maka, aku pasti diam saja!<br />
<br />
Ah, kebingungan ini adalah pilihan demi merenda makna pada robekan dunia<br />
<br />
Carilah di tengah pecahan hidup yang terserak di mana tempat ada,<br />
<br />
Lalu, rinduku bagaimana?<br />
Bata-Bata, 2008Mustafa Afifhttp://www.blogger.com/profile/15881170048624524522noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4685794423027769350.post-68248242216259967922010-08-01T19:53:00.002+07:002010-08-01T19:53:31.950+07:00Tetaplah bersamakuPadaku kau datang di pagi buta<br />
Saat lentik jemariku belum sempurna melukis segaris luka<br />
Debur hatiku terampas sunyi<br />
Lalu kau taburkan bunga rampai asmara<br />
Menusuk tepat di jantung dada<br />
Maka, pada lelembaran itu kupagut imaji pada titik pagi<br />
<br />
Kalau boleh kupinta<br />
Datanglah di setiap pagi buta<br />
Menaburkan harum bidadari tujuh bunga<br />
Bawakan padaku secawan anggur cinta<br />
Biar kureguk demi mengejek setiap duka<br />
<br />
Kesinilah,<br />
Sebelum jilatan angkuh matahari merampasmu dalam ketakberdayaanku<br />
Bata-Bata, 2008Mustafa Afifhttp://www.blogger.com/profile/15881170048624524522noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4685794423027769350.post-53127783484351253152010-07-31T14:13:00.002+07:002010-07-31T14:13:54.269+07:00Sya'banSegenap makhluq runduk dalam diam<br />
Tak ada semilir angin berhembus,<br />
Hanya sinar purnama yang tersenyum manis<br />
Dibalik reranting yang tak lagi meliuk gemulai<br />
terpekur dalam dzikir panjang <br />
dan kalimat istighfar mengalir dari bibir-bibir yang rindu akan ampunan<br />
inilah malam nisfu Sya’ban yang dimulyakan<br />
turun beribu-ribu maaf yang lantas mengalir di tiap jemari lentik berjabat tangan<br />
inilah purnama Sya’ban dimana Allah memanjakan seluruh makhluq-Nya dengan sejuta kebahagiaan yang mengkristal diantara celah-celah keremangan<br />
inilah bulan Sya’ban…<br />
Bartir, 26 juli 2010Mustafa Afifhttp://www.blogger.com/profile/15881170048624524522noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4685794423027769350.post-19425232564900470872010-07-31T14:11:00.000+07:002010-07-31T14:11:31.210+07:00Hari Terakhir Menuju Catatan Baru…<meta content="text/html; charset=utf-8" http-equiv="Content-Type"></meta><meta content="Word.Document" name="ProgId"></meta><meta content="Microsoft Word 12" name="Generator"></meta><meta content="Microsoft Word 12" name="Originator"></meta><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CExtreme%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CExtreme%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx" rel="themeData"></link><!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:TrackMoves/> <w:TrackFormatting/> <w:PunctuationKerning/> <w:ValidateAgainstSchemas/> <w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:DoNotPromoteQF/> <w:LidThemeOther>EN-US</w:LidThemeOther> <w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:SnapToGridInCell/> <w:WrapTextWithPunct/> <w:UseAsianBreakRules/> <w:DontGrowAutofit/> <w:SplitPgBreakAndParaMark/> <w:DontVertAlignCellWithSp/> <w:DontBreakConstrainedForcedTables/> <w:DontVertAlignInTxbx/> <w:Word11KerningPairs/> <w:CachedColBalance/> </w:Compatibility> <w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> <m:mathPr> <m:mathFont m:val="Cambria Math"/> <m:brkBin m:val="before"/> <m:brkBinSub m:val="--> <m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent><!--[endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267"> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:"Cambria Math";
panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-1610611985 1107304683 0 0 159 0;}
@font-face
{font-family:Cambria;
panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-1610611985 1073741899 0 0 159 0;}
@font-face
{font-family:Calibri;
panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:swiss;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-1610611985 1073750139 0 0 159 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
margin-top:0cm;
margin-right:0cm;
margin-bottom:10.0pt;
margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:Arial;
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
.MsoChpDefault
{mso-style-type:export-only;
mso-default-props:yes;
font-family:"Tahoma","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:Calibri;
mso-bidi-theme-font:minor-latin;}
.MsoPapDefault
{mso-style-type:export-only;
margin-bottom:10.0pt;
line-height:115%;}
@page Section1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 72.0pt 72.0pt 72.0pt;
mso-header-margin:36.0pt;
mso-footer-margin:36.0pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
-->
</style><!--[if gte mso 10]> <style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-theme-font:minor-fareast;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:Arial;
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
</style> <![endif]--><span style="font-family: "Cambria","serif";"><o:p></o:p></span> <div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 1cm;"><span style="font-family: "Cambria","serif";">Hari ini adalah hari terakhir dengan buku lama, tepatnya tanggal 14 Sya’ban 1431. Dan sebagaimana saya yakini sejak kecil melalui guru-guru dan ustadz-ustadz saya, bahwa selain Bulan Sya’ban adalah termasuk dalam bulan yang dimulyakan dalam islam, di dalam bulan ini juga terjadi sebuah <i>moment </i>yang sangat penting yaitu, malam nisfu sya’ban. Malam nisfu Sya’ban, tanggal 15 Sya’ban, adalah malam pergantian buku catatan amal kita selama setahun. Malam pergantian <i>raport</i> tentang catatan semua perbuatan kita selama setahun yang berhasil dituliskan oleh kedua malaikat yang setia menjadi spionase segala pergerakan kita, Malaikat Roqib dan Malaikat ‘Atid, kedua malaikat yang setia berada di pundak kanan dan kiri kita.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 1cm;"><span style="font-family: "Cambria","serif";"><a name='more'></a>Dan nanti malam, catatan amal itu akan dilaporkan kepada Allah swt., Dzat pemilik mutlak dari setiap makhluq-Nya. Dialah sebagai penentu dari legalitas <i>raport</i> itu. Semua perbuatan tampak yang baik dan dan yang buruk sudah tercatat, tak ada satupun yang terlewatkan. Semuanya sangat jelas, tak ada yang remang. Berapa kali tidak shalat, tidak zakat, dan tidak berpuasa. Berapa kali kita menghina, mencaci, bebohong, berjanji dan tidak ditepati. Berapa kali kita bersedekah, berinfaq, membantu sesama, memberi makan anak yatim. Dan berapa kali yang lainnya, semuanya sudah termaktub, tak perlu khawatir. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 1cm;"><span style="font-family: "Cambria","serif";">Dan nanti, di padang mahsyar, dimana semua umat berkumpul di bawah terik matahari yang berada tepat sejengkal di atas kepala, semua catatan itu akan dipertanggungjawabkan. Dan kembali, semua itu berada dalam kuasa Allah swt., Dzat yang tak pernah tidur mengawasi setiap gerak-gerik hamba-Nya, yang terlihat dan yang tersembunyi, yang jelas dan yang remang. Nanti, di padang mahsyar, bukan mulut kita yang suka berbohong yang akan menjadi saksi, melainkan tangan dan kaki, bahkan bulu-bulu yang menutupi tubuh kita, semuanya akan menjadi saksi!<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 1cm;"><span style="font-family: "Cambria","serif";">Jadi, tak sedikitpun ada celah untuk mengingkari itu!!!<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 1cm;"><span style="font-family: "Cambria","serif";">Sayang sekali, semuanya masih rahasia. Tidak seperti pergantian <i>raport</i> yang terjadi di sekolah-sekolah, dimana kita bisa tahu berapa jumlah nilai yang kita punya, apakah kita masuk dalam kategori orang-orang yang naik kelas?, apa saja nilai yang kecil, dan sebagainya. Bukan. Bukan seperti itu, kawan! Semuanya masih rahasia, tak satupun ada yang tahu, dan tak aka nada bocoran akan hal ini. Semuanya hanya bisa kita reka, dengan kontemplasi dan perenungan, dengan muhasabah terhadap semua yang terjadi dalam masa-masa setahun ini. Karena kalau mau jujur, jika yang dijadikan <i>standard</i> baik tidaknya amal kita adalah dengan naik kelas, maka mungkin nilai ibadah dan amal yang lainnya masih berada jauh di bawah <i>standard</i>, dan mungkin kita tidak naik kelas lantaran nilai yang tertera banyak merahnya. Dus, inilah salah satu misteri dari bulan Sya’ban ini, semua orang harus mengkontemplasi dirinya sendiri, dengan sejernih mungkin, dengan serendah hati mungkin.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 1cm;"><span style="font-family: "Cambria","serif";">Bahwa setiap tahun, setiap bulan, setiap hari, dan setiap jam, kita harus selalu berusaha untuk menjadi lebih baik. Menjadi orang baik yang benar-benar baik. Dan di atas semua itu, setidaknya kita akan selalu berusaha untuk menjadi orang yang khusnul khatimah, yaitu orang yang berhasil menutup hidupnya dengan manis, dengan <i>Happy Ending</i>. Ya, Allah, jangan jadikan kami termasuk di antara hamba-hamba-Mu yang <i>sad ending </i>dalam hidupnya…<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 1cm;"><i><span style="font-family: "Cambria","serif";">Allahumma inni a’udzubika min khusnil khaatimah, wa na’udzubika min su-i al-katimah. </span></i><span style="font-family: "Cambria","serif";">Amin, ya, Rob…<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 1cm;"><span style="font-family: "Cambria","serif";">Maka, semua orang, sebagaimana yang menjadi kebiasaan sebagian masyarakat kita, mempergunakan malam nisfu Sya’ban ini sebagai malam untuk saling memaafkan. Di desa saya, semua orang keluar ke jalan-jalan untuk mengunjungi para tetangga bahkan yang jauh sekalipun untuk berjabat tangan dan meminta maaf. Yang ada di rumah maupun yang berpapas di jalan, semuanya mengharap maaf dengan berjabat tangan.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 1cm;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 1cm;"><span style="font-family: "Cambria","serif";">Idzinkan hamba-Mu yang hina ini berdo’a, Ya Allah…<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 1cm;"><i><span style="font-family: "Cambria","serif";">“…Ya, Allah, malam ini di bulan yang Kau mulyakan, ampunilah hamba-Mu yang penuh dosa ini lantaran tak ada yang bisa mengampuni dan menghapus dosaku kecuali Engkau, Ya Allah…<o:p></o:p></span></i></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 1cm;"><i><span style="font-family: "Cambria","serif";">Alhamdulillah, jika sampai detik ini aku masih Kau beri kesempatan untuk menghirup nafas ciptaan-Mu, makan dan minum dengan Rezeki dari-Mu, dan hidup di bumi indah-Mu, sementara sering sekali aku melupakan-Mu, sering sekali aku melanggar perintah-Mu, dan sering kali aku beribadah dengan setengah hati kepada-Mu. Ampuni hamba-Mu ini, <o:p></o:p></span></i></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 1cm;"><i><span style="font-family: "Cambria","serif";">Ya Allah…<o:p></o:p></span></i></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 1cm;"><i><span style="font-family: "Cambria","serif";">Dan jika malam ini adalah malam dimana catatan perbuatanku akan dilaporkan oleh kedua malaikat-Mu, hamba tidak meminta apapun kecuali rahmat dan barokah dari-Mu. Hamba tidak meminta-Mu untuk merubah takdirku yang telah Kau tuliskan, aku hanya memohon kepada-Mu, berikan kekuatan untuk menerimanya dengan sepenuh hati…<o:p></o:p></span></i></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 1cm;"><i><span style="font-family: "Cambria","serif";">Ya Allah, jadikanlah aku orang pemberani yang siap menerima akibat dari perbuatan burukku. Dan jadikan aku seorang lemah yang selalu haus untuk mencari rahmat menuju jalan-Mu.<o:p></o:p></span></i></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 1cm;"><i><span style="font-family: "Cambria","serif";">Ya, Allah, jadikan hamba-Mu ini sebagai orang yang khusnul khatimah dengan bertaqwa kepada-Mu, mencintai Rosul-Mu, berbakti kepada kedua orang tua dan guru-guru. Di atas semua itu, jadikan aku sebagai orang yang akan menangis tersedu-sedu lantaran hari ini tidak lebih baik dari hari sebelumnya. Jadikan aku sebagai hamba-Mu yang haus akan hidayah dan ilmu-Mu…<o:p></o:p></span></i></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 1cm;"><i><span style="font-family: "Cambria","serif";">Ya, Allah. Ya, Rahman. Ya, Rahim…<o:p></o:p></span></i></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 1cm;"><i><span style="font-family: "Cambria","serif";">Hamba mohon ampun jika dalam setiap kesempatan yang Engkau berikan, sering hamba sia-siakan. Hamba-Mu yang lemah ini penuh dosa, hina, dan sering berbuat nista. Maka, kepada siapa bisa memohon ampun jika tidak kepada-Mu? Kugantungkan Iman dan islamku, kepasrahkan rizqiku, kuberikan umur dan pertaubatanku kepada-Mu. Hanya kepada-Mu, ya Allah…<o:p></o:p></span></i></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 1cm;"><i><span style="font-family: "Cambria","serif";">Ya, Allah…<o:p></o:p></span></i></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 1cm;"><i><span style="font-family: "Cambria","serif";">Di akhir do’aku, idzinkan hamba dan keluarga hamba, kelak menjadi salah satu diantara hamba-hamba-Mu, yang bisa melihat-Mu…<o:p></o:p></span></i></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 1cm;"><i><span style="font-family: "Cambria","serif";">Amien…”<o:p></o:p></span></i></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Cambria","serif";">Bartir, 26 Juli 2010<o:p></o:p></span></div></m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac>Mustafa Afifhttp://www.blogger.com/profile/15881170048624524522noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4685794423027769350.post-19481489435171157592010-07-31T14:04:00.000+07:002010-07-31T14:04:04.112+07:00Jakarta, I’m coming… (2)Jum’at, tanggal 11 Agustus 2006, setelah shalat jum’at, saya meninggalkan pondok pesantren setelah sebelumnya pamit sama Gus Tohir dan beberapa ustadz lainnya. Tidak lupa ustadz Hosnan Zarkasyi, guru sekaligus ‘bapak’ ke-dua saya mungkin. Sedikit memohon bias barokah dari para guru yang sudah ikhlas mengajarkan saya berbagai ilmu. Fawaid sendiri sudah datang ke pondokku siang itu langsung dari pondoknya, An-Nuqoyah. Maka, siang itu, saya dan Fawaid berangkat menuju terminal Pamekasan. Dan karena kebetulan ada rombongan beberapa ustadz yang ingin pergi ke Pamekasan, akhirnya kami diajak untuk ikut bersama beliau-beliau. Kami diantar sampai ke terminal baru di Pamekasan, daerah Panglegur. Saya masih ingat waktu itu ada ustadz Imron, Ustadz Budi Santoso, Ustadz Hafidz, dll..<br />
Dan siang itu dimana matahari yang bersinar begitu teriknya menjadi saksi tentang seorang anak yang berusaha berjuang untuk menemukan jalan hidupnya. Seorang anak yang baru saja di vonis ketinggalan kereta lantaran kebengalan dan kebangsatannya. Seorang anak yang mungkin setiap langkahnya di penuhi tanda tanya dan masalah yang bejibun. Seorang anak yang sedang mencari sepenuhnya arti diri dan kesabaran. Seorang anak yang berjanji untuk membahagiakan orang-orang yang ada di dekatnya. Dan usaha ini, hingga beberapa tahun kemudian masih menemui kebuntuan. Maka, setiap kali ia ingat itu, “sesulit itukah menjadi orang benar dan benar-benar baik?”, tanyanya dalam hati.<br />
<br />
<a name='more'></a>Di terminal kami menunggu bus tujuan Bungurasih. Kami memang tidak langsung berangkat ke Jakarta, karena Fawaid masih mau sowan dan pamitan dulu sama keluarganya di Paiton, Probolinggo. Setelah beberapa lama menunggu, akhirnya datang juga. Tak ada banyak percakapan diantara kami, karena mungkin pikiran kami masing-masing sudah dipenuhi dengan satu nama, Jakarta. Sore hampir malam, kami tiba di terminal Bungurasih dan langsung mencari bus jurusan Probolinggo.<br />
Dari Surabaya ke probolinggo ternyata jauh juga. Cukup untuk membuat hati ini merasa bosan. Tidur, bangun, tidur lagi, bangun lagi. Hati saya sedikit tersenyum ketika bus sudah melewati PLTU Paiton, meski masih jauh tapi cukuplah untuk membuat girang!. Akhirnya sampai juga. Setelah turun dari bus, saya langsung berpapasan dengan pintu gerbang selamat datang dimana tertulis dengan font besar, “Pondok Pesantren Paiton”. Karena sudah malam dan tidak mungkin untuk minta dijemput, Fawaid memutuskan untuk naik becak menuju rumahnya. Lumayan jauh, bilangnya pada saya ketika ditanya.<br />
Lama becak itu berjalan memecah keheningan malam, akhirnya memasuki sebuah pintu gerbang khas ala pondok pesantren dengan penjaga santri yang mengenakan seragam pramuka. Saya sedikit kaget, kenapa memasuki kawasan pondok pesantren? Melihat wajah ‘para penjaga’ itu saya jadi teringat wajah-wajah para santri yang tertunduk ketika bertemu atau berpapasan dengan guru sebagai ungkapan ta’dzim. Haha, akhirnya saya tahu jawabannya. Ya, Fawaid ini adalah putera salah satu keluarga pondok pesantren Paiton. Abahnya masih atif sebagai dosen di IAINJ, sekaligus sebagai Purek. Jadi, ya, masih termasuk ‘keluarga ndalem’ barangkali…<br />
Setelah sampai di depan rumah, kami disambut dengan bahagia. Saya langsung di suruh istirahat di kamar atas, kamarnya Ca’ Ilul yang sekarang kuliah di IPB Bogor dengan Beasiswa dari Depag. Tak ada banyak kegiatan yang saya lakukan, karena dunianya memang benar-benar berbeda dengan dunia yang saya jalani tiap hari. Hanya sesekali mencari angin dengan bersantai di loteng, meski yang terlihat hanya gedung-gedung sekolah dan mungkin asrama santri, saya juga kurang tahu. Dan di kamar itu, saya cuma istirahat dan membaca beberapa majalah, buku, dan bacaan lain yang berserakan, menandakan bahwa para penghuninya adalah keluarga yang mempunyai hobbi sama; membaca!.<br />
Keesokan harinya, saya juga tidak kemana-mana, masih tetap anteng di kamar. Selain memang tidak ada niatan untuk jalan-jalan, saya juga prepare dengan sedikit beres-beres barang dan membaca tulisan yang akan saya pertahankan dalam presentasi. Sempat bingung karena sebelumnya tidak saya persiapkan dalam bentuk Microsoft Power Point, tapi akhirnya tenang juga karena bisa membuatnya sesaat sebelum berangkat dari pondok kemarin.<br />
Detik-detik seperti berjalan sangat lambat, seperti siput yang sedang kelaparan. Sebenarnya, masalah waktu adalah masalah mood alias keadaan jiwa. Meski sama, itu akan membuat kesan yang berbeda. Satu jam bersama istri tercinta, apalagi baru menikah, seperti satu menit saja, seperti tak ada siang, hanya malam yang selalu diharapkan. Tapi satu jam dalam penjara atau satu jam ketika baru pertama kali sampai di pondok seperti setengah hari saja!. Ya, keadaan jiwa, akan menentukan menikmati dan tidaknya sebuah perjalanan waktu. Dan ini juga sangat penting untuk diterapkan dalam dunia pendidikan. Bagaimana sekolah dan guru menciptakan situasi yang nyaman bagi para siswa sehingga akan selalu ‘merasa sebentar’ ketika berada di sekolah meski sudah setengah hari terkurung dalam lingkungan atas nama lembaga pendidikan.<br />
Selanjutnya, sekitar jam 15.00 siang, kami dengan diantar oleh keluarga Fawaid berangkat menuju kantor cabang salah satu perusahaan bus di kota Probolinggo. Setelah beberapa saat menunggu, akhirnya datang juga bus itu. Setelah berpamitan, kami langsung menaiki bus dan duduk lima baris di belakang pak supir. Beberapa saat setelah Karina yang kami naiki beranjak pelan-pelan, sedikit terbersit dalam hati saya, “Jakarta, wait me there!”…<br />
Duduk manis begitu saja di dalam bus selama berjam-jam tentu bukan sesuatu yang menyengkan, bosan. Maka, bagi saya, untuk menetralisir hal seperti itu tak ada lain kecuali tidur sepuasnya. Apalagi dilengkapi dengan selimut dan AC plus lagu-lagu lawas yang mengalun mesra disela-sela riuh keramaian kendaraan lain, enaknyeee.... Dan setiap kali bangun langsung bertanya pada orang di sekitar, “sudah dimana?”. Ah, semalam di bus, hanya dilalui dengan tidur, berdiri, duduk, berdiri lagi, sekedar meregangkan tulang-tulang biar tidak kram.Mustafa Afifhttp://www.blogger.com/profile/15881170048624524522noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4685794423027769350.post-87937094349335227082010-07-31T14:01:00.001+07:002010-07-31T14:01:51.529+07:00Jakarta, I’m Coming… (1)<meta content="text/html; charset=utf-8" http-equiv="Content-Type"></meta><meta content="Word.Document" name="ProgId"></meta><meta content="Microsoft Word 12" name="Generator"></meta><meta content="Microsoft Word 12" name="Originator"></meta><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CExtreme%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CExtreme%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx" rel="themeData"></link><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CExtreme%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml" rel="colorSchemeMapping"></link> <m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:"Cambria Math";
panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-1610611985 1107304683 0 0 159 0;}
@font-face
{font-family:Cambria;
panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-1610611985 1073741899 0 0 159 0;}
@font-face
{font-family:Calibri;
panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:swiss;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-1610611985 1073750139 0 0 159 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
margin-top:0cm;
margin-right:0cm;
margin-bottom:10.0pt;
margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
.MsoChpDefault
{mso-style-type:export-only;
mso-default-props:yes;
font-family:"Tahoma","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:Calibri;
mso-bidi-theme-font:minor-latin;}
.MsoPapDefault
{mso-style-type:export-only;
margin-bottom:10.0pt;
line-height:115%;}
@page Section1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 72.0pt 72.0pt 72.0pt;
mso-header-margin:36.0pt;
mso-footer-margin:36.0pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
-->
</style> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-indent: 30.9pt;"><span style="font-family: "Cambria","serif"; line-height: 115%;">Dan lantaran tulisan berjudul “Membangun Semangat Persaudaraan dalam Kebudayaan Indonesia” yang tebalnya delapan lembar, saya benar-benar akan menikmati ibu kota Negara ini, Jakarta. Kota yang katanya kejam. Kota yang konon “langitnya lebih biru”. Kota yang penuh warna, cerita, dan neraka!. Heh…<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-indent: 30.9pt;"><span style="font-family: "Cambria","serif"; line-height: 115%;">Berdasarkan surat yang datangnya dari Dikmenum, saya harus sudah sampai di Jakarta kira-kira kalau tidak salah tanggal 13 Agustus 2006 untuk <i>check in</i> kamar di wisma Handayani Jl. RS Fatmawati, Cipete, Jaksel (kantor Disdakmen Depdiknas). Yang membuat saya lumayan bingung, semua peserta harus membawa seragam sekolah masing-masing, harus membawa seragam olahraga, dan peralatan lainnya dimana <i>uniform</i> serta pernak-pernik seperti itu tidak saya miliki lantaran di pondok pesantren, para santri pergi sekolah dengan menggunakan sarung!, haha, sarung dan peci dengan tanpa tas, kawan… lalu bagaimana ini tidak lucu? (kalian mungkin juga akan sedikit tersenyum untuk yang satu ini).<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-indent: 30.9pt;"><span style="font-family: "Cambria","serif"; line-height: 115%;"></span><br />
<a name='more'></a><span style="font-family: "Cambria","serif"; line-height: 115%;">Maka, saya pun menyiapkan segala sesuatu yang harus dibawa. Untuk seragam sekolah, saya meminjam punya sepupu yang sekolahnya di SMA. Mulai dari sepatu, sabuk, hingga celana khas berwarna biru langit, kecuali kaos kaki. Untuk baju putih dengan sangat terpaksa saya meminjam punya teman yang masih polos benar kecuali hanya lambang OSIS yang ada di luar saku sebelah kiri. Tidak seperti kepunyaan sekolah lain yang dipenuhi dengan <i>bedge </i>di lengan, bahkan tanda pengenal yang menempel di dada bagian kanan. Untuk seragam olahraga? Haha, saya pinjam punya sepupu di pondok. Bukan seragam olahraga di sekolah, tapi seragam sepakbola persatuan santri Sumenep dan dengan ‘norak’ banget (maaf) bertuliskan Persu. Setelah siap, semuanya saya masukkan ke dalam tas bersama pakaian lain, kamera (yang juga pinjam punya Gufron), peralatan mandi, buku-buku, foto copy tulisan saya, surat keterangan dari sekolah, dll.. terasa sedikit mudah karena saya mempunyai waktu sekitar seminggu untuk mempersiapkan semuanya. Mulai dari apa yang mau dibawa, berapa uang sakunya, sampai pada persiapan untuk menguatkan elektabilitas alias “sangu spiritual” dari berbagai guru saya. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-indent: 30.9pt;"><span style="font-family: "Cambria","serif"; line-height: 115%;">Sedikit kepikirannya mungkin karena ini adalah perjalanan saya pertama kali ke Jakarta, membawa nama sekolah dan almamater. Ada semacam tanggung jawab besar yang membebani pundak saya. Ini bukan lomba se-Madura dimana saya sudah dua kali mengalaminya dan juara, ini nasional, kawan… nasional! Dan Senangnya, semua biaya akomodasi GRATIS!. Mulai dari berangkat sampai pulang lagi ke “kampung halaman”.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-indent: 30.9pt;"><span style="font-family: "Cambria","serif"; line-height: 115%;">Seperti yang saya katakan sebelumnya bahwa ada tiga orang dari Madura yang menjadi wakil Jawa Timur, dan satu orang lainnya dari Malang. Ketiga orang itu adalah; saya (MA Mambaul Ulum Bata-Bata), Fawaid, Ismail Aden (keduanya wakil dari MAK An-Nuqoyah Guluk-Guluk). Dan ini sangat <i>surprise</i> bagi saya, karena dengan dua orang itu saya sudah bertemu sebelumnya di final lomba mengarang juga. Boleh dibilang, kami adalah para “pembalap” dengan lapangan berupa lomba menulis non-fiksi. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-indent: 30.9pt;"><span style="font-family: "Cambria","serif"; line-height: 115%;">Untuk Fawaid, saya sudah dua kali bertemu dengannya. Pertama, tahun 2005 ketika saya baru pertama kalinya ikut lomba mengarang se-Madura yang diadakan oleh BEM IDIA AL-Amien Prenduan. Bahkan boleh dibilang, ia adalah guru saya, yang mengajari saya pertama kali cara presentasi. Maklum, waktu itu saya ikut lomba yang pertama kalinya dan Fawaid mungkin sudah “pemain” lama. Anehnya, dia tidak juara, dan justru saya yang menjadi juara II. Barangkali ini bisa dikategorikan sebagai keajaiban, karena benar-benar <i>min haysu laa yahtasib…</i> Kedua, saya bertemu dengannya di final lomba mengarang se-Madura juga yang diadakan oleh BEM UIM Pamekasan. Dia juara satunya, saya juara duanya. Di final inilah saya juga bertemu dengan Ismail Aden. <i>Ketiga,</i> ya, di finalis lomba mengarang ini, juga bersama Ismail. <i>Keempat,</i> finalis pada lomba menulis essai dalam rangka Festival Cinta Buku oleh BEM STIKA An-Nuqoyah Guluk-Guluk, sama-sama juara juga.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-indent: 30.9pt;"><span style="font-family: "Cambria","serif"; line-height: 115%;">Selanjutnya, sesuai kesepakatan dengan semua finalis dari Madura, kami mau berangkat bersama-sama. Sayangnya, untuk Ismail tidak bisa berangkat bersama lantaran ia sudah berada lebih dulu di Jakarta untuk kuliah di UIN, katanya ia menunggu kami berdua di Jakarta. Maka, hanya saya dan Fawaid yang berangkat bersama.<o:p></o:p></span></div><span style="font-family: "Cambria","serif"; font-size: 11pt; line-height: 115%;">Lalu bagaimana?</span>Mustafa Afifhttp://www.blogger.com/profile/15881170048624524522noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4685794423027769350.post-91918590356205450722010-07-31T13:57:00.000+07:002010-07-31T13:57:05.019+07:00It’s a Miracle!Keajaiban. Kalau ada sebuah kebahagiaan yang tanpa kita sangka sebelumnya, itu keajaiban. Kalau tiba-tiba saja, dalam keadaan terdesak ingin dibunuh orang tapi ternyata orang yang mau membunuh kita tewas lebih awal, itu keajaiban. Kalau ada seorang pasien dan berdasarkan perhitungan medis sudah diramalkan bahwa umurnya tinggal seminggu lagi tapi dalam masa itu ia justru sembuh total, itu keajaiban. Ya, keajaiban adalah pemberian lebih dari Allah kepada hambaNya, atau mungkin itulah yang selama ini kita kenal dengan “min haitsu laa yahtasibu…”, sesuatu yang datang tanpa disangka dan dinyana. Berada diluar hukum klausalitas…<br />
Keajaiban. Sebagaimana ada banyak orang yang mempercayainya, tidak sedikt pula yang tidak mempercayai. Hanya saja, tulisan ini bukan untuk membahas masalah itu. Dan bagaimanapun, saya percaya bahwa keajaiban itu ada. Karena menurut saya, keajaiban adalah sesuatu yang ghaib, dan sebagai orang islam, saya harus percaya terhadap sesuatu yang ghaib. Kuncinya mungkin satu; kita tidak perlu tahu segala sesuatu, kita hanya butuh percaya!<br />
<br />
<a name='more'></a>Kamis malam, tanggal 03 Agustus 2006, ketika saya berada di musolla, di tengah hiruk pikuk para santri yang sedang focus menyaksikan I’lan alfiyah, tiba-tiba ada seseorang yang menepuk pundak saya dari belakang,<br />
“kamu yang bernama Mustafa Afif, ya?” sapanya agak ragu<br />
“ya,” saya menjawab juga dengan agak sedikit tercengang. “ada apa?” masih dengan wajah heran…<br />
“kamu dipanggil ustadz Muslim ke kamarnya. Sekarang!”<br />
“sakalangkong…” ucapku padanya langsung beranjak pergi.<br />
Seperti biasa, sebelum keluar dari musolla harus menghadapi wajah keamanan yang memang di setting seperti tazmania lagi marah. Karena alasan yang digunakan tetap, mudah saja saya keluar. Saya langsung menuju kamar ustadz Muslim, TU Madrasah Aliyah. Setelah di kamarnya, beliau langsung menunjukkan surat undangan dari Dikmenum itu kepadaku,<br />
“kamu pernah ikut lomba? Ini, dapat undangan dari Jakarta!” simple sekali ucapan beliau, tapi itu cukup membuat jantungku seperti berhenti sejenak, merasakan semuanya seperti mimpi. Ya, di kertas itu tertulis nama saya, MUSTAFA AFIF, MA Mambaul Ulum Bata-Bata, Jawa Timur. “alhamdulillah” ucapku dalam hati. Dan tanpa berlama-lama disitu, saya langsung menuju ke kamar, syujud syukur. Ya, darahku terkesiap, mataku tiba-tiba mengkristal, bulu roma berdiri. Kebahagiaan yang sulit dibayangkan, sulit di deskripsikan.<br />
Keajaiban. Itulah yang saya rasakan beberapa tahun lalu ketika saya mendapat undangan dari Dikmenum RI untuk mempresentasikan tulisan saya di depan juri pada lomba mengarang tingkat nasional 2006. Ya, waktu itu saya menjadi salah satu diantara dua puluh dua finalis dari seluruh Indonesia yang berhasil menyingkirkan sekitar dua ribu peserta lomba lainnya! atau salah satu dari empat wakil dari Jawa Timur, atau juga salah satu diantara tiga wakil dari pulau Madura.<br />
Kalau mau jujur, saya tahu ini mungkin berkat usaha keras saya dalam berusaha dan berdo’a. Lalu kenapa saya masih menyebutnya sebuah keajaiban? Ya, karena ketakjuban dan rasa heran yang luar biasa mungkin. Pertama, awal mula saya menemukan brosur lomba itu justru malah di Bangkalan. Waktu itu, saya menjadi wakil pondok pesantren untuk mengikuti lomba deklamasi puisi pondok pesantren se-Madura di UNIJOYO dalam rangka Festival Seni Islam (FSI) dan Alhamdulillah menjadi juara tiga dengan puisi berjudul “Sandiwara Tipu Daya”. Saya menginap di Blega, tepatnya di pondok pesantren Al-Amien Fauzi, bersama famili saya yang kebetulan mondok disana. Dan ketika suatu kali saya jalan-jalan di gedung Madrasah Aliyah di kawasan pondok tersebut, saya melihat sebuah kertas berwarna biru langit tua jatuh tepat di bawah mading. Setelah saya ambil dan saya baca, ternyata itu brosur lomba mengarang tingkat SLTA nasional tahun 2006. Dan karena limit time-nya masih ada, waktu itu juga saya putuskan untuk berpartisipasi dalam lomba tersebut. Kedua, kemampuan menulis saya, apalagi dalam essai, masih benar-benar tak seberapa. Hanya sekedar tahu saja. Makanya waktu itu, saya memaksakan diri untuk meminjam buku di perpustakaan kampus al-Khairat. Karena saya tahu bahwa syarat utama menulis adalah data dan referensi. Aslinya tidak diperbolehkan karena saya bukan mahasiswa, tapi akhirnya saya mencapai kesepakatan dengan petugasnya; saya hanya diperbolehkan untuk meng-copy dua buku saja! (makasih ka’ Hadiri…). Benar-benar miskin referensi. Ketiga, biaya untuk mengikuti perlombaan itu, mulai dari foto copy tiga rangkap, biaya pengiriman pos kilat khusus dan lainnya, saya pinjam alias ngutang!. Keempat, dari limit time pengiriman yang tertera di brosur, tertera tanggal 03 Mei sebagai batas terakhir pengiriman naskah, dan saya mengirimnya pada tanggal 02 Mei. Hanya tinggal sehari, padahal kilat khusus ke Jakarta membutuhkan waktu dua hari! Untunglah masih keterima…<br />
Sampai disini, anggap saja ini sebagai motivasi buat adik-adik saya yang ada di pondok pesantren bahwa prestasi itu adalah kemauan. Dan jika kemauan itu ada, suatu saat keajaiban akan menghampiri kita. Ia tidak bergantung fasilitas dan perangkat tambahan dalam sebuah sistem pendidikan. OK, itu memang penting. Tapi jangan jadikan alasan kekurangan atau ketiadaan itu, akan juga meniadakan prestasi kita. Setidaknya kita tahu apa yang tidak diketahui mereka. Istilahnya, (kita) prestisius (meski) dalam keterbatasan!. Semangat…<br />
Analogi ‘manisnya’ mungkin seperti ini; kalau kita berada di sebuah lembaga pendidikan dengan fasilitas dan sistem pendidikan serta manajemen yang bagus, kemudian kita menjadi pintar, genius, dan anggap saja hebat. Menurut saya, itu biasa karena memang semua yang ada di sekitarnya mendukung untuk itu. Tapi jika sebaliknya, kita berada di lembaga pendidikan dimana fasilitasnya kurang, manajemennya juga kurang, system pendidikannya juga masih baru beranjak, tapi justru kita bisa mengalahkan (minimalnya bisa menyamai) mereka yang berada di lembaga yang pertama, ini LUAR BIASA! Meski ini mungkin sulit, tetap saja, ini LUAR BIASA!. Maaf ini tidak bermaksud membanding-bandingkan, karena setiap lembaga pendidikan pasti memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. ini murni pendapat pribadi saya… <br />
Dan jika kalian tidak bisa berprestasi di bidang yang selama ini menjadi mainstream atau ciri khas pondok pesantren (baca dan fahmil kitab, penguasaan ilmu Quran dan ilmu hadits, hafalan al-Quran dan hadis, dan yang lainnya), mestinya mulai dari sekarang kalian harus mencari bidang lain di luar itu yang kalian sukai. Misalnya menulis, melukis, puisi, kaligrafi, Qiroatul Quran, apalagi jika sudah ada jurusan IPA di MA! Bukankah akan lebih luar biasa kalau pondok pesantren kita menjadi wakil Kabupaten, provinsi, atau bahkan Negara dalam ajang olimpiade eksakta? Ini lebih luar biasa lho… haqqan! (Duh, senangnya…) Dan saya, kebetulan menyukai menulis. Maka dengan sering ikut lomba dan beberapa kali juara, setidaknya mengobati kekecewaan saya yang mempunyai kemampuan tak begitu bagus dalam bidang yang menjadi ciri khas pesantren seperti di atas tadi! Maka selanjutnya, yakinlah bahwa ketika kalian sering membawa harum nama pondok pesantren kita di kancah local, regional, atau bahkan nasional, Barokah itu (insyaAllah ma’al yaqin) akan datang! Bukankah ini yang kalian semua tunggu? Barokah!!! <br />
Haha, sepertinya saya sudah terlalu melenceng dari tema tentang perjalanan ini. Kita sambung pada bab-bab berikutnya lagi. Sekarang, kembali ke permasalah awal!<br />
Ya, akhirnya dengan perasaan amat sangat bahagia, saya berangkat ke Jakarta untuk mempresentasikan delapan lembar tulisan essai saya tentang hiterogenitas kebudayaan Indonesia, dengan harapan semoga menjadi juara!<br />
<br />
BersambungMustafa Afifhttp://www.blogger.com/profile/15881170048624524522noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4685794423027769350.post-18030847718845841042010-07-31T13:55:00.001+07:002010-07-31T13:55:46.785+07:00Masih Tentang Rindu dan Air Mata di Bulan Sya’ban<meta content="text/html; charset=utf-8" http-equiv="Content-Type"></meta><meta content="Word.Document" name="ProgId"></meta><meta content="Microsoft Word 12" name="Generator"></meta><meta content="Microsoft Word 12" name="Originator"></meta><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CExtreme%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CExtreme%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx" rel="themeData"></link><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CExtreme%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml" rel="colorSchemeMapping"></link> <m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:"Cambria Math";
panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-1610611985 1107304683 0 0 159 0;}
@font-face
{font-family:Cambria;
panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-1610611985 1073741899 0 0 159 0;}
@font-face
{font-family:Calibri;
panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:swiss;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-1610611985 1073750139 0 0 159 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
margin-top:0cm;
margin-right:0cm;
margin-bottom:10.0pt;
margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
.MsoChpDefault
{mso-style-type:export-only;
mso-default-props:yes;
font-family:"Tahoma","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:Calibri;
mso-bidi-theme-font:minor-latin;}
.MsoPapDefault
{mso-style-type:export-only;
margin-bottom:10.0pt;
line-height:115%;}
@page Section1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 72.0pt 72.0pt 72.0pt;
mso-header-margin:36.0pt;
mso-footer-margin:36.0pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
-->
</style> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 1cm;"><span style="font-family: "Cambria","serif"; font-size: 12pt;">Setelah melaksanakan ritual jabat tangan, mengharapkan maaf dari semua orang, di malam yang suci dan indah ini, izinkan aku mengabarkan rindu yang teramat dalam untukmu, izinkan aku memandangmu di kejauhan sana (seperti yang kau bilang padaku waktu itu!). Ini barangkali sangat tidak pantas, tapi semua yang seharusnya saya lakukan pada malam nisfu Sya’ban ini sudah saya lakukan. Lantas, apakah salah kalau aku mengirimkan sejumput rindu ini? Mungkin saja tidak…</span><br />
<a name='more'></a><o:p></o:p><span style="font-family: "Cambria","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 1cm;"><span style="font-family: "Cambria","serif"; font-size: 12pt;">Ya, mungkin solusinya klasik; sabar, sabar, dan sabar! Mungkin saja, barokah malam ini akan menuntunnya untuk kembali bemuhasabah dengan semua yang terjadi dan bahwa aku masih sangat mencintainya. Meskipun semuanya mungkin tidak akan merubah apapun cerita tentang kita, tapi aku harap masih akan ada kejutan dan keajaiban. Aku percaya itu…<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 1cm;"><span style="font-family: "Cambria","serif"; font-size: 12pt;">Kembali tentang rindu di malam yang penuh maghfiroh ini, sebenarnya sangat sederhana. Tapi kelindannya yang sudah terlalu lama menghiasi hidupku, benar-benar menyiksa. Jangankan cara paling sulit, cara paling mudah untuk membuangmu pun aku tak tahu. Semuanya hanya dengung-dengung kecil yang tak mampu tersuarakan menjadi kata-kata. Ah, bukankah kata-kata sering kali munafik? Ya, saat ini pun aku sedang hipokrit, mencoba munafik pada kenyataan bahwa ceritaku tak seindah dulu lagi. Tapi bukankah aku masih punya harapan? Dan inilah yang aku harapkan di malam yang penuh dengan rahmah ini, aku mengharap Rahmah-Mu. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 1cm;"><span style="font-family: "Cambria","serif"; font-size: 12pt;">Kemarin aku bertanya pada teman karibku, apa obat paling sederhana jika patah hati? Ia menjawab; LUPAKAN!. Lalu aku tanya lagi, bagaimana cara paling sederhana untuk melupakan? Ia menjawab dengan santainya, JANGAN DIINGAT! Ah, jawaban yang membuatku sedikit kesal. Tapi, setelah lama terdiam, itu sangat benar. Aku tinggal melupakannya, Selesai! Tapi yang namanya tindakan selalu tak semudah teori yang hanya cukup dengan diucapkan!<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 1cm;"><span style="font-family: "Cambria","serif"; font-size: 12pt;">Maka, di malam yang indah ini, aku tidak hanya ingin membicarakan tentang rindu, tapi juga tentang air mata. Air mata yang tiap kali mengalir ketika kulihat sejuk bening di teduh matamu. Dan saat itu, kau malah tersenyum tersipu. Malu-malu melirikku, malu menertawai kecengenganku. Silahkan, lakukan semaumu, aku akan tetap memandangmu. Dan munkin terlalu mudah bagimu untuk melupakanku, tapi jangan paksa aku untuk tidak mengingatmu…<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 1cm;"><span style="font-family: "Cambria","serif"; font-size: 12pt;">Huh, kenapa dalam tulisan-tulisanku kali ini aku menjadi orang yang super lebay? Ugh… <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 1cm;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 1cm;"><i><span style="font-family: "Cambria","serif"; font-size: 12pt;">Dalam rentang waktu yang panjang,<o:p></o:p></span></i></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 1cm;"><i><span style="font-family: "Cambria","serif"; font-size: 12pt;">Aku menunggumu dalam kekalutan…<o:p></o:p></span></i></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 1cm;"><i><span style="font-family: "Cambria","serif"; font-size: 12pt;">Dan jika diperkenankan,<o:p></o:p></span></i></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 1cm;"><i><span style="font-family: "Cambria","serif"; font-size: 12pt;">Izinkan aku sejenak bernafas,<o:p></o:p></span></i></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 1cm;"><i><span style="font-family: "Cambria","serif"; font-size: 12pt;">Menuliskan delerai air mata pada tiap bait kerinduanku<o:p></o:p></span></i></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 1cm;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 1cm;"><i><span style="font-family: "Cambria","serif"; font-size: 12pt;">Maka, masihkah kau tidak memahaminya?<o:p></o:p></span></i></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><br />
</div><span style="font-family: "Cambria","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Bartir, 26-27 Juli 2010</span>Mustafa Afifhttp://www.blogger.com/profile/15881170048624524522noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4685794423027769350.post-79495625282986905562010-07-31T13:53:00.002+07:002010-07-31T13:53:34.158+07:00Menyesakkan!<meta content="text/html; charset=utf-8" http-equiv="Content-Type"></meta><meta content="Word.Document" name="ProgId"></meta><meta content="Microsoft Word 12" name="Generator"></meta><meta content="Microsoft Word 12" name="Originator"></meta><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CExtreme%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CExtreme%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx" rel="themeData"></link><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CExtreme%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml" rel="colorSchemeMapping"></link> <m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:"Cambria Math";
panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-1610611985 1107304683 0 0 159 0;}
@font-face
{font-family:Cambria;
panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-1610611985 1073741899 0 0 159 0;}
@font-face
{font-family:Calibri;
panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:swiss;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-1610611985 1073750139 0 0 159 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
margin-top:0cm;
margin-right:0cm;
margin-bottom:10.0pt;
margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
.MsoChpDefault
{mso-style-type:export-only;
mso-default-props:yes;
font-family:"Tahoma","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:Calibri;
mso-bidi-theme-font:minor-latin;}
.MsoPapDefault
{mso-style-type:export-only;
margin-bottom:10.0pt;
line-height:115%;}
@page Section1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 72.0pt 72.0pt 72.0pt;
mso-header-margin:36.0pt;
mso-footer-margin:36.0pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
-->
</style><span style="font-family: "Cambria","serif"; font-size: 12pt;">Menunggu kedatanganmu, begitu menyesakkan!. Aku tak lebih dari seorang terdakwa yang sedang menunggu ketukan palu hakim atas kasus yang disidangkan. Semilir angin yang menyejukkan tak mampu merinaikan gundah yang menghunjam perlahan. Tiap kali aku ingat wajahmu, adrinalinku seperti dipompa mesin berkekuatan penuh hingga jantungku pun tak lagi berdetak normal. Mengingat bahwa, dari manis bibirmu itulah akan mengalir sebuah keputusan; sekarang atau tidak sama sekali!</span></m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<a name='more'></a><o:p></o:p><span style="font-family: "Cambria","serif"; font-size: 12pt;"></span> <br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 1cm;"><span style="font-family: "Cambria","serif"; font-size: 12pt;">Berada pada kondisi seperti ini, seperti yang bisa dilakukan lantaran ketakberdayaan, aku pasrah saja. Berharap dengan itu, setidaknya mampu sedikit medeleraikan kucuran keringat kepenatan yang sering menyiksaku tanpa perasaan. Berharap dengan itu, akan sedikit mengurangi beban tertahan. Berharap dengan itu, mampu melukis garis-garis senyum pada wajahku yang telah lama meremang. Lantaran aku tahu bahwa dalam hal ini aku tak layak kau salahkan, sama sekali tak layak. Tapi aku tahu, ini bukan siapa yang benar dan siapa yang salah. Ini tentang perasaan, Bro!<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 1cm;"><span style="font-family: "Cambria","serif"; font-size: 12pt;">Kepasrahan yang total. Ya, pasrah pada manis bibirmu. Pasrah pada sejuk bening matamu. Pasrah pada sketsa geliat anggunmu. Aku tak mau melawannya, karena bagiku itulah perlawanan sesungguhnya untuk sedikit mengalahkan ego dan keangkuhanmu. Aku tak mau menjawabnya, karena diamku akan sangat cukup menjelaskan jika kau benar-benar memahaminya. Aku tak ingin menjelaskan apapun untuk kembali merayumu, karena sejak dulu, setahuku dan kamu juga pasti tahu, aku tak pernah mencekokimu dengan kata-kata bersayap yang hiperbolis untuk menyanjungmu. Selain kau memang tak menyukainya, aku memang tak berhasrat melakukannya. Aku tak melakukan itu kecuali mengagumi sifat, budi, dan perangaimu, yang jika mau jujur, akhir-akhir ini aku menganggapnya terlalu berlebihan. Tapi aku harap semuanya masih sama seperti dulu.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 1cm;"><span style="font-family: "Cambria","serif"; font-size: 12pt;">Menunggu kedatanganmu, benar-benar menyesakkan!.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 1cm;"><br />
</div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 1cm; text-align: justify;"><i><span style="font-family: "Cambria","serif"; font-size: 12pt;">Padaku kau datang di pagi buta<o:p></o:p></span></i></div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 1cm; text-align: justify;"><i><span style="font-family: "Cambria","serif"; font-size: 12pt;">Saat lentik jemariku belum sempurna melukis segaris luka<o:p></o:p></span></i></div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 1cm; text-align: justify;"><i><span style="font-family: "Cambria","serif"; font-size: 12pt;">Debur hatiku terampas sunyi<o:p></o:p></span></i></div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 1cm; text-align: justify;"><i><span style="font-family: "Cambria","serif"; font-size: 12pt;">Lalu kau taburkan bunga rampai asmara<o:p></o:p></span></i></div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 1cm; text-align: justify;"><i><span style="font-family: "Cambria","serif"; font-size: 12pt;">Menusuk tepat di jantung dada<o:p></o:p></span></i></div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 1cm; text-align: justify;"><i><span style="font-family: "Cambria","serif"; font-size: 12pt;">Maka, pada lelembaran itu kupagut imaji pada titik pagi<o:p></o:p></span></i></div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 1cm; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 1cm; text-align: justify;"><i><span style="font-family: "Cambria","serif"; font-size: 12pt;">Kalau boleh kupinta<o:p></o:p></span></i></div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 1cm; text-align: justify;"><i><span style="font-family: "Cambria","serif"; font-size: 12pt;">Datanglah di setiap pagi buta<o:p></o:p></span></i></div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 1cm; text-align: justify;"><i><span style="font-family: "Cambria","serif"; font-size: 12pt;">Menaburkan harum bidadari tujuh bunga<o:p></o:p></span></i></div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 1cm; text-align: justify;"><i><span style="font-family: "Cambria","serif"; font-size: 12pt;">Bawakan padaku secawan anggur cinta<o:p></o:p></span></i></div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 1cm; text-align: justify;"><i><span style="font-family: "Cambria","serif"; font-size: 12pt;">Biar kureguk demi mengejek setiap duka<o:p></o:p></span></i></div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 1cm; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 1cm; text-align: justify;"><i><span style="font-family: "Cambria","serif"; font-size: 12pt;">Kesinilah,<o:p></o:p></span></i></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 1cm; text-align: justify;"><i><span style="font-family: "Cambria","serif"; font-size: 12pt;">Sebelum jilatan angkuh matahari merampasmu dalam ketakberdayaanku<o:p></o:p></span></i></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 1cm; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 1cm;"><span style="font-family: "Cambria","serif"; font-size: 12pt;">Ini bukan puisi, tapi do’a dan harapan. Ini bukan rayuan, tapi hanya sedikit ungkapan ketakberdayaan.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 1cm;"><span style="font-family: "Cambria","serif"; font-size: 12pt;">Menunggumu kedatanganmu, biarkan aku tersenyum!<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><br />
</div><span style="font-family: "Cambria","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Bartir, 25 Juli 2010</span>Mustafa Afifhttp://www.blogger.com/profile/15881170048624524522noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4685794423027769350.post-41404477530905810562010-07-31T13:51:00.000+07:002010-07-31T13:51:56.011+07:00Setengah purnama (lagi)Tak lama lagi, sebentar setelah separuh purnama menyinari gelap hatiku, kau akan kembali dari medan tempur yang mungkin sangat melelahkan. Aku tahu kau tak mungkin lupa jalan pulang menuju istanamu, tapi aku tak yakin kau masih ingat bahwa ada aku yang menunggumu disini. Bukan di istanamu, tapi di remang pojok hatimu. Maka, untuk semua itu aku ingin mengucapkan, “selamat dating, duhai riuh gemuruh sukmaku…”<br />
Malam ini, bulan seperti celurit tebal yang menantang. Setelah kuhitung jari, ah, sudah tinggal seperempat purnama lagi. Benar-benar sebentar lagi. Tapi, bentuk bulan yang seperti itu adalah symbol keberanian dan keangkuhan bagi orang Madura. Lalu masihkah kau tetap saja angkuh dengan perasaanmu seperti saat itu ketika kau tak mengakui perasaanmu, toh, meskipun aku tahu pasti bahwa kau tak bisa membohongiku? Dan ketika kau mulai menampakkannya, dengan cepat kau menyembunyikannya lagi! Apa ini yang kau inginkan? Huhu, dunia memang permainan. Tapi cinta? Hanya butuh kejujuran!!!<br />
<a name='more'></a> <br />
<br />
Dan terpaksa, meski aku bukan penyuka lagu dangdut, aku ingin bernyanyi sekali ini saja, “lebih baik kau bunuh aku dengan pedangmu, dari pada kau bunuh aku dengan cintamu…”. (Ah, kurang ajar, kau telah membuatku terlalu berlarut diri dalam kubangan api rinduku yang melalap habis kesadaranku!).<br />
Maka, setelah kau beristirahat sejenak, menghilangkan segala penat yang selama berbulan-bulan ini kau racik dari air mata dan perjuangan, masihkah kau mengingatku bahwa ada orang di pojok hatimu yang ingin kau sapa? Masihkah? Aha, atas dasar apa aku menanyakan ini semua? Aku sama sekali tak memaksamu untuk kembali mengingat romantisme sejarah yang lalu, tapi jika kau mengingatnya, setidaknya kau telah memberiku tambahan semangat untuk bangkit memelukmu! Meski setelah itu kau akan membunuhku! Silahkan saja… perbuatlah sesukamu… nikmatilah sepuasmu…<br />
Aku disini hanya ingin tersenyum menikmati kepasrahanku!<br />
<br />
Kutitip rindu pada sesajakan tumbang di tebang malam<br />
Rindu menggeliat diantara rerumpun kata<br />
Menyisakan delerai duka pada tetes airmata yang mengalir diantara jenak-jenak diamku<br />
Tangisan kata tumpah menyeruak memecah keheningan<br />
Membasahi jiwaku yang kering kerontang<br />
<br />
Jika pada tiap nada tersirat cinta<br />
Dan cinta harus dengan kata<br />
Maka, aku pasti diam saja!<br />
<br />
Ah, kebingungan ini adalah pilihan demi merenda makna pada robekan dunia<br />
<br />
Carilah di tengah pecahan hidup yang terserak di mana tempat ada,<br />
<br />
Lalu, rinduku bagaimana?<br />
<br />
Bartir, 20 juli 2010Mustafa Afifhttp://www.blogger.com/profile/15881170048624524522noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4685794423027769350.post-13623796068012631282010-07-31T13:48:00.000+07:002010-07-31T13:48:28.094+07:00Sesejuk bening matamu…<meta content="text/html; charset=utf-8" http-equiv="Content-Type"></meta><meta content="Word.Document" name="ProgId"></meta><meta content="Microsoft Word 12" name="Generator"></meta><meta content="Microsoft Word 12" name="Originator"></meta><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CExtreme%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CExtreme%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx" rel="themeData"></link><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CExtreme%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml" rel="colorSchemeMapping"></link> <m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:"Cambria Math";
panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-1610611985 1107304683 0 0 159 0;}
@font-face
{font-family:Cambria;
panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-1610611985 1073741899 0 0 159 0;}
@font-face
{font-family:Calibri;
panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:swiss;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-1610611985 1073750139 0 0 159 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
margin-top:0cm;
margin-right:0cm;
margin-bottom:10.0pt;
margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
.MsoChpDefault
{mso-style-type:export-only;
mso-default-props:yes;
font-family:"Tahoma","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:Calibri;
mso-bidi-theme-font:minor-latin;}
.MsoPapDefault
{mso-style-type:export-only;
margin-bottom:10.0pt;
line-height:115%;}
@page Section1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 72.0pt 72.0pt 72.0pt;
mso-header-margin:36.0pt;
mso-footer-margin:36.0pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
-->
</style> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><b><span style="font-family: "Cambria","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> <o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 1cm;"><span style="font-family: "Cambria","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Dan, biar saja tetap seperti ini, karena rasa rindu yang mendera sekaligus rasa sakit yang kukecap, setidaknya mengabarkanku bahwa hingga saat ini pun kau masih ada. Setidaknya, aku masih bisa membayangkan sejuk bening matamu yang sayu, seperti menatapku meski tak pernah ada bahasa apapun yang diisyaratkan kecuali semuanya seperti biasa saja. Mengalir seperti air, menggelinding seperti bola. Aku tahu ini menyiksa, aku mengerti kau tak bermaksud apa-apa. Tapi sekali lagi kau sama sekali tak berhak menyandra imajiku tentang semua hal yang berkaitan denganmu!. Itu saja…</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 1cm;"><span style="font-family: "Cambria","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span><br />
<a name='more'></a><span style="font-family: "Cambria","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 1cm;"><span style="font-family: "Cambria","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Ah, pada kondisi seperti ini, aku teringat pesan karibku dulu ketika suatu kali aku sempat menyentil tentang semua yang terjadi padaku. Dengan santai ia bilang, <i>“… dramatisir saja, poh! Dramatisir kan tidak harus munafik. Ia bisa dilakukan dengan mengalihkan persepsi temporal kita menuju kepura-puraan yang memalingkan, paling tidak kamu harus sering tersenyum…!”. </i>Meski aku tak terlalu paham dengan kalimat itu, tapi aku berusaha untuk mengamalkan kata-kata yang terakhir, yaitu harus sering tersenyum. Ya, aku harus tersenyum, meski senyum ini lebih tepat dimaknai sebagai sebuah ejekan atas kepengecutan yang kulakukan. Dan pada saat itu, bukankah itu artinya aku harus munafik? Ah, lagi-lagi munafik!. Tapi ada yang bilang bahwa kadang untuk menjadi bijak memang kita harus sedikit hipokrit. Tapi, harus sampai kapan terus menerus hidup dalam bayang-bayang kemunafikan untuk memaksakan diri melupakan sejuk bening matamu yang sering kali merinaikan gejolak dalam batinku? Berada pada jarak satu mil dari hati nurani, memang harus tega!<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 1cm;"><span style="font-family: "Cambria","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Sesejuk bening matamu, aku diam membisu. Mencoba menjulurkan imajiku lagi pada tiap jengkal jiwamu. Sungguh, sesakit apapun yang kau lakukan padaku, sejuk bening matamu mampu menetralisir semuanya. Dan aku, seperti biasa, bertekuk lutut tepat di bawah garis pandangan matamu yang indah itu. Sungguh memalukan untuk jiwa maskulinku!. Tapi, aku pikir, semuanya memang harus seperti itu. Lantaran aku yaqin bahwa suatu saat bening matamu itu akan kunikmati setiap hari, dan kau akan menjadi milikku meski dalam ketakberdayaanku nanti.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 1cm;"><span style="font-family: "Cambria","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Ya, kepasrahan ini, aku yakini sebagai jalan untuk membuatmu juga memasrahkan hatimu padaku. Benar mungkin apa yang salah seorang teman perempuanku katakan, <i>“cuekin saja… liat, apa dia bisa menahan semua kebohongan hatinya untuk menjauhimu. Puaskah?”… </i>bagus, kawan… Itu yang aku tunggu!<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><br />
</div><span style="font-family: "Cambria","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Bartir, 19 Juli 2010</span>Mustafa Afifhttp://www.blogger.com/profile/15881170048624524522noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4685794423027769350.post-76411624433388302402010-07-14T06:53:00.001+07:002010-07-14T18:44:28.062+07:00Pesan dibalik Angkasalah besar,<br />
jika kau pikir Matematika hanya gugusan angka<br />
dan jangan dikira ia berkutat pada teka-teki bilangan saja<br />
dikuadratkan. disederhanakan<br />
difaktorkan. disubstitusikan<br />
salah besar,<br />
jika kau pikr Matematika sebatas konsep dan teori pasti belaka<br />
dan jangan dikira sabdanya berkisar rumus logika saja<br />
ditambah. dikali.<br />
dikurangi. dibagi.<br />
<a name='more'></a><br />
coba pejamkan mata lalu selami dalamnya<br />
akan kau temukan sederet makna menelusup pada cecuram jiwa<br />
sssssttt…. <br />
al-Jabar dan Phytagoras pun sudah lama mengincarnya!<br />
tentang peluang; hidup adalah kesempatan dan harapan<br />
tentang bangun ruang; hidup adalah kebersamaan dan persatuan<br />
tentang geometri; hidup adalah keselaran sin_jiwa, cos_raga, dan tang_akal<br />
tentang statistic; hidup adalah refleksi fluktusi keimanan<br />
tentang penyederhanaan; hidup adalah kerendahan hati dan kesederhanaan<br />
coba. cobalah. lalu temukan!<br />
hidup adalah berfikir<br />
Matematika pun berfikir tentang hidup yang kian fakir<br />
hidup memang bukan skala matematis, akan ada kejutan pada tiap garis<br />
tapi Matematika adalah jembatan agar hidup lebih idealis bukan materialis<br />
berfikir logis dan realistis adalah kunci menuju hidup lebih baik<br />
maka, carilah makna dibalik rumintnya<br />
akan kau rasakan hidup paling bahagia<br />
tidak cukup pandai tentangnya<br />
tapi yang mampu menyibak makna pada tiap gugusan angkanya<br />
Madura, 2008Mustafa Afifhttp://www.blogger.com/profile/15881170048624524522noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4685794423027769350.post-14725055727570441022010-07-14T06:47:00.003+07:002010-07-15T16:26:08.413+07:00Dua Faktor; Menjadikan Guru Ideal Dan ProfesionalDiakui atau tidak, guru merupakan figur sentral dalam dunia pendidikan khususnya saat terjalinnya proses interaksi belajar mengajar. Dalam artian, guru menjadi pemeran utama dalam proses belajar-mengajar yang merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan. Sehingga, tidak salah kiranya ketika diasumsikan bahwa guru merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan setiap upaya pendidikan. Hal ini menunjukkan bahwa urgensitas guru _baik dalam kapasitasnya sebagai profesi, tugas kemanusiaan, dan tugas kemasyarakatan_ tidak bisa dielakkan. <br />
<br />
<a name='more'></a>Hanya saja, pendidikan akan selalu berkembang mengikuti perkembangan zaman. Ia tidak lagi berada dalam gelombang kehidupan tradisional kehidupan era komunikasi dan informasi. Pendidikan dihadapkan pada sebuah tantangan yang kompetitif dan kompleks. Maka perbaikan dalam pendidikan, baik “software” maupun “hardware” menjadi sebuah keniscayaan. Dan guru sebagai hardware dalam pendidikan juga dituntut untuk ber[di]benah[kan] diri. Artinya, jika guru tetap menggunakan metode konvensional pada masa sekarang, maka keberhasilan pendidikan akan sulit dicapai. Dari sinilah dapat dilihat betapa guru yang ideal dan profesional sangat dibutuhkan demi kemajuan pendidikan!. <br />
Guru yang ideal dan professional adalah guru yang mempunyai dedikasi tinggi dan mampu menciptakan kondisi belajar yang efektif. Mampu meningkatkan kesempatan belajar siswa dengan cara melibatkan siswa secara aktif dalam belajar, sehingga dapat meningkatkan motivasi atau minat belajar siswa. Di samping itu, ia harus mempunyai multi keterampilan, diantaranya; keterampilan mengelola kelas, membimbing diskusi, menjelaskan, mengadakan variasi, bahkan keterampilan membuka dan menutup pelajaran.<br />
Permasalahannya sekarang, bagaimana membuat guru menjadi ideal dan professional?. Dalam hal ini penulis berasumsi bahwa ada dua faktor yang harus diperhatikan. Pertama, faktor internal, dan ini yang sangat penting yaitu; kesadaran guru. Seorang guru harus mempunyai kesadaran terhadap profesi dan tugas yang diembannya. Ia harus sadar diri dan sadar fungsi. Selain itu, ia harus peka dan tanggap terhadap perubahan-perubahan, pembaharuan serta ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang sejalan dengan tuntutan kebutuhan masyarakat dan perkembangan zaman. Di sinilah tugas guru untuk senantiasa meningkatkan ilmu pengetahuan, meningkatkan kualitas pendidikannya serta keterampilannya, sehingga apa yang diberikan kepada siswanya tidak terlalu ketinggalan dengan perkembangan dan kemajuan zaman. Kedua, faktor eksternal yaitu; kepedulian pemerintah. Pemerintah _dalam hal ini Diknas pusat dan daerah atau siapa saja yang berwenang_ harus mempunyai kepedulian yang tinggi untuk menjadikan para guru lebih baik dan berkualitas. Dalam upaya ini pemerintah bisa menunjukkan kepedulian itu dengan mengadakan pelatihan dan seminar. Misalnya pelatihan komputer dan internet, pelatihan bagaimana menjadi guru yang profesional, pelatihan bagaimana metode menjadi guru mata pelajaran yang baik, atau dengan mengadakan seminar yang menitikberatkan pada target untuk menjadikan guru seperti yang diharapkan. Good will seperti itu sebenarnya sudah ada, hanya saja pemerintah cenderung ‘menganak tirikan’ para guru yang ada di pelosok-pelosok desa. Sehingga guru yang ada di desa yang memang mempunyai basic minim tersebut semakin merajalela mengajarkan materi dengan konsep sekenanya. Ini fenomena yang sangat mengkhawatirkan. Maka, pelatihan dan seminar seperti itu penulis kira sangat berguna dan bermanfaat sebagai upaya memberi keterampilan dan meng-up date pengetahuan guru tentang dunia pendidikan saat ini, sebagai salah satu syarat untuk menjadi guru yang ideal dan profesional. Kalau perlu program seperti ini dilaksanakan secara berkala. Lebih sering diadakan akan lebih baik. Disamping itu, Pemerintah harus melaksanakan fungsinya sebagai controlling sehingga bisa cepat mendeteksi apabila terjadi ketidakberesan. Terakhir, pemerintah juga harus memperhatikan kesejahteraan guru!. <br />
Kedua faktor di atas (internal dan eksternal) saling berkaitan. Jadi, jika ingin mencapai keberhasilan pendidikan, kedua faktor tersebut setidaknya harus menjadi pertimbangan dalam dunia pendidikan kita. Apabila dilaksanakan, harapan untuk menjadikan guru kita sebagai guru yang ideal dan profesional akan dapat diwujudkan. Tidak hanya menjadi impian dan khayalan. Insyaallah!<br />
<br />
Bata-Bata, 2008Mustafa Afifhttp://www.blogger.com/profile/15881170048624524522noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4685794423027769350.post-32214164869807376152010-07-14T06:39:00.005+07:002010-07-15T16:26:39.612+07:00Berinvestasi Di Pasar Modal (Upaya Mempercepat Laju Perekonomian)Investasi secara umum diartikan sebagai penanaman modal (dalam suatu perusahaan) yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan. Dalam artian bagaimana modal yang dimiliki akan menghasilkan income yang besar terhadap orang yang berinvestasi (investor) atau setidaknya memberikan pemasukan yang stabil. Disinilah sebenarnya tujuan utama dari kegiatan investasi, yaitu dalam rangka "memperjelas garis" perekonomian (baca; keuangan) di masa yang akan datang. Aktifitas investsi ini menjadi penting dikarenakan modal yang ada akan menjadi lebih berdaya guna dan lebih bermanfaat serta untuk menghindari "stagnasi" modal yang nantinya akan berakibat terhadap kerugian yang tidak diinginkan.<br />
<br />
<a name='more'></a>Dalam Islam, investasi merupakan mu'amalah yang sangat dianjurkan. Karena dengan berinvestasi harta yang dimiliki akan menjadi lebih produktif dan menghasilkan manfaat bagi orang lain. Al-Quran dengan tegas melarang aktifitas penimbunan (iktinaz) terhadap harta. Bahkan, dalam sebuah haditsnya Nabi Muhammad saw. bersabda; "ketahuilah, siapa yang memelihara anak yatim,sedangkan anak yatim itu memiliki harta, maka hendaklah ia menginvestasikannya (membisniskannya). Janganlah ia membiarkan harta itu, sehingga terus berkurang lantaran zakat". Maka, adanya suatu sarana untuk mengimplemantasikan seruan investasi tersebut menjadi sebuah keniscayaan.<br />
Saat ini ada berbagai macam jenis investasi dengan karakter resiko dan manfaat yang berbeda-beda. Pertama, investasi sektor non keuangan seperti; membuka usaha dan investasi di bidang properti (tanah, rumah, ruko, dll). Kedua, investasi sektor keuangan seperti; produk perbankan (tabungan, deposito), pasar modal (reksadana, obligasi, saham, dll), dan asuransi. Namun, diantara beberapa instrumen investasi yang ada tersebut, ada yang menjatuhkan pilihan untuk menginvestasikan modalnya di pasar modal. Selain factor keuntungan yang menggiurkan, saat ini pasar modal berkembang hampir di semua Negara di dunia.<br />
Hanya saja aktifitas berinvestasi di pasar modal kurang begitu menggeliat di Indonesia. Hal ini menjadi maklum, sebab masyarakat Indonesia masih cenderung menerapkan budaya menabung (atau deposito) daripada berinvestasi. Di samping itu, dalam berinvestasi juga diperlukan kemampuan dan keuletan tersendiri serta kekuatan mental untuk melihat peluang dan perkembangan informasi yang dibutuhkan. Inilah barangkali letak kerumitannya, sehingga membuat masyarakat Indonesia (apalagi yang menganut instanisme) merasa harus berfikir ulang untuk menginvestasikan hartanya di pasar modal.<br />
Selain itu, high risk-high return yang menjadi ciri pasar modal menjadikannya sesuatu yang dilematis. Di satu sisi bisa mendapatkan keuntungan besar dalam waktu singkat (high return), tapi di sisi lain juga bisa menuai kerugian dalam waktu yang sekejap dikarenakan resiko yang harus ditanggung (high risk). Diantara resiko tersebut adalah kehilangan modal yang telah diinvestasikan. Seiring dengan berfluktuasinya pasar. Kehilangan modal ini bukan hanya berarti kehilangan nilai nominal saja, tetapi juga kehilangan nilai riil dari investasi yang disebabkan perubahan nilai uang. Apalagi dengan adanya penipuan yang berkedok investasi yang sudah beberapa kali terjadi, sebut saja WBG (Wahana Bersama Global), SPI, dan lain-lain.<br />
Namun, meski mengandung tingkat resiko yang tinggi. Bagi mereka yang mempunyai modal sudah seharusnya mempertimbangkan untuk menginvestasikan hartanya di pasar modal. Selain untuk meningkatkan keuangan investor, berinvestasi di pasar modal juga akan berimplikasi terhadap percepatan laju perekonomian bangsa. Karena apabila aktifitas pasar modal terus meninggi, akan banyak manfaat yang bisa diperoleh, Salah satunya pendapatan dari pajak penghasilan, baik dari lembaga-lembaga yang terlibat dalam aktifitas pasar modal maupun dari penghasilan. Jika perekonomian terus berkembang (bahkan maju) maka akan berpengaruh terhadap proses pembangunan bangsa Indonesia. Karena bagaimanapun pembangunan bangsa tidak akan bisa lepas dari sektor perekonomian _apalagi saat ini kita hidup di sebuah dunia yang “memprioritaskan” materi. <br />
Pasar Modal; Definisi Dan Manfaatnya<br />
Pada dasarnya, pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri. Instrumen-instrumen keuangan yang diperjualbelikan di pasar modal bisa berbentuk saham, obligasi, waran, right, obligasi konvertibel, derivative. Di dalam undang-undang pasar modal No. 8 tahun 1995, pengertian pasar modal dijelaskan lebih spesifik sebagai kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan public berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.<br />
Sedangkan manfaat yang bisa diperoleh dari berinvestasi di pasar modal, diantaranya;<br />
Pertama, memberikan wahana investasi yang beragam bagi investor sehingga memungkinkan untuk melakukan diversifikasi, alternatif investasi memberikan potensi keuntungan dengan tingkat resiko yang dapat diperhitungkan.<br />
Kedua, menyediakan sumber pembiayaan (jangka panjang) bagi dunia usaha sekaligus memungkinkan alokasi dana secara optimal.<br />
Ketiga, menyediakan leading indicator bagi perkembangan perekonomian suatu Negara. <br />
Keempat, penyebaran kepemilikan perusahaan sampai lapisan masyarakat menengah.<br />
Kelima, penyebaran kepemilikan, keterbukaan, profesionalisme menciptakan iklim berusaha yang sehat serta mendorong pemanfaatan menajeman professional.<br />
Keenam, memungkinkan masyarakat berpartisipasi dalam kegiatan bisnis dengan memperoleh bagian dari keuntungan dan resikonya.<br />
Ketujuh, memungkinkan perusahaan meningkatkan modal dari luar untuk membangun dan mengembangkan lini produksinya.<br />
Dewasa ini pasar modal menjadi salah satu pilar penting dalam perekonomian dunia. Banyak industri dan perusahaan yang menggunakan institusi pasar modal sebagai media untuk menyerap investasi dan media untuk memperkuat posisi keuangannya. Sehingga tidak salah ketika Irfan Syauqi beik mengatakan bahwa, secara faktual, pasar modal telah menjadi financial nerve-centre (saraf financial dunia) dunia ekonomi modern. Hal ini terjadi karena berinvestasi di pasar modal dibayang-bayangi dengan keuntungan yang menggiurkan.<br />
Untuk Indonesia, pertumbuhan pasar modal memang terus terlihat. Ia mengalami potential growth yang berkelanjutan. Hal ini menarik, sebab sudah menunjukkan adanya good will untuk mempercepat laju perekonomian. Karena bagaimanapun pasar modal memiliki peran besar bagi perekonomian suatu Negara, yang disebabkan karena pasar modal mempunyai dua fungsi sekaligus, fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Dikatakan memiliki fungsi ekonomi karena pasar modal menyediakan fasilitas atau wahana yang mempertemukan dua kepentingan yaitu pihak yang memiliki kelebihan dana (investor) dan pihak yang memerlukan dana (issuer). Sementara, pasar modal dikatakan memiliki fungsi keuangan, karena pasar modal memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh imbalan bagi pemilik dana, sesuai dengan karakteristik investasi yang dipilih. Apalagi bagi pihak-pihak yang telah mengalami over capital, pasar modal menjadi alternatif untuk menjaga modalnya tersebut.<br />
Jadi diharapkan dengan adanya pasar modal, aktifitas perekonomian menjadi lebih meningkat. Karena pasar modal merupakan alternatif pendanaan bagi perusahaan-perusahaan untuk dapat meningkatkan pendapatan perusahaan dan pada akhirnya memberikan kemakmuran bagi masyarakat luas. <br />
Sehingga, jika menginginkan perekonomian Indonesia menjadi lebih baik, maka yang perlu dilakukan adalah bagaimana menjadikan pasar modal sebagai pilihan untuk berinvestasi. Tentunya dalam hal ini harus ada dukungan dari semua kalangan. Masyarakat, pelaku pasar modal, dan pemerintah.<br />
Pasar Modal Dan Percepatan Laju Perekonomian<br />
Menurut Ferry Latuhihin, Chief Economist Bank International (BII), saat ini perekonomian Indonesia sudah memperlihatkan kondisi yang menggembirakan. Hal ini terlihat dari laju pertumbuhan ekonomi yang mulai memperlihatkan keadaan angka yang menggembirakan pada tahun 2006. Bahkan, tahun ini dia memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mencapai 6, 10 persen. Tapi sayangnya, pertumbuhan ekonomi ini tidak diiringi dengan pertumbuhan investasi di pasar modal. Padahal seperti sudah dijelaskan sebelumnya bahwa pasar modal mempunyai potensi besar untuk mendongkrak perekonomian suatu bangsa.<br />
Hal ini bisa dilihat dari banyaknya investor lokal yang hanya berjumlah 0,2 persen (atau sekitar 532 ribu) dari total jumlah penduduk Indonesia, jauh lebih rendah dibandingkan dengan Negara ASEAN lainnya seperti Singapura yang sudah memiliki komposisi dari sisi jumlah penduduk yang jauh lebih baik, juga Malaysia dengan jumlah penduduk 21 juta jiwa, sebanyak 3,5 juta jiwa merupakan investor saham. Begitu pula dengan Cina yang berpenduduk 1,2 miliar jiwa, sebanyak 60 juta lebih sudah menjadi investor saham.<br />
Namun, pasar modal di Indonesia juga tak terlalu jelek. Ada beberapa fakta yang bisa disebut sebagai sebuah perkembangan. Pada September 2006 lalu, tercatat bahwa nilai kapitalisasi pasar BEJ mencapai Rp. 1.103,67 triliun. Suatu lonjakan besar ketimbang akhir Agustus yang masih berada pada level di bawah seribu triliun (Rp. 984, 198 triliun). Kepercayaan investor asing meningkat cukup tajam. Untuk tahun lalu, semula fund manager asing memprediksikan pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di target bisa menembus level 1.300, namun pada kenyataannya hingga Juli level 1.400 sudah terlampaui. Untuk tahun, barangkali juga mengalami peningkatan.<br />
Kemudian, untuk lebih mempercepat laju perekonomian di Indonesia, harus ada kesadaran kolektif dari semua kalangan untuk menjadikan pasar modal sebagai jembatan. Contoh konkritnya, berdasarkan kapitalisasi pasar saham di BEJ di atas. Bisa dibayangkan, dengan komposisi penduduk sebesar ini, potensi pasar modal sangat luar bisaa. Jika diasumsikan sebanyak dua juta investor bisa dicapai pada tahun 2008, bisa dibayangkan kapitalisasi pasar Rp. 2000 triliun bukan tidak mungkin bisa dicapai.<br />
Pertama, kesadaran masyarakat. Masyarakat sebagai investor lokal harus juga punya keinginan untuk meningkatkan perekonomian Indonesia dengan berinvestasi di pasar modal. Jika yang dikhawatirkan adalah resiko yang besar maka masyarakat bisa melakukan portofolio investasi (berinvetasi di berbagai sarana investasi). Sebagaimana pepatah mengatakan, "jangan meletakkan telur-telur dalam satu keranjang".<br />
Kedua, kesadaran dari para pelaku pasar modal. Para pelaku pasar modal, atau emiten yang tergabung dalam bursa efek, harusnya selalu mengupayakan untuk mengedukasi masyarakat (memupuk kesadaran masyarakat) akan pentingnya berinvestasi, sehingga akan berdampak terhadap terjadinya pergeseran dari masyarakat yang banking minded menjadi capital market minded. Dalam upaya mengedukasi ini, para pelaku pasar modal harus berusaha membangun kepercayaan dalam dalam diri masyarakat terhadap investasi sehingga akan memperbanyak jumlah investor (terutama lokal). Maka, dalam hal ini selain berupaya untuk menggaet investor baru (emiten) juga harus diupayakan agar bagaimana para pelaku pasar modal tetap kredibel di mata investor, atau me-maintance agar tetap betah berinvestasi. Disamping itu, investor lokal harus tetap menjadi kunci. Karena belajar dari sejarah pasar modal yang pernah booming periode 1992 – 1997, sudah menjadi rahasia umum bahwa manisnya pasar modal lebih banyak dinikmati investor asing. Yang tak kalah penting adalah bagaimana para pelaku pasar modal tetap berpegang pada pedoman yang selama ini menjadi jargon, yaitu fairness, efisien, dan transparan.<br />
Ketiga, kesadaran dari pemerintah. Pemerintah atau pihak yang berkaitan dengan ekonomi di Indonesia harus lebih bersifat proaktif dalam mengembangkan investasi pasar modal ini. Tapi, selama ini rasanya pemerintah masih lemah dan menjadi salah satu penghambat utama masuknya investor. Dengan kondisi birokrasi (pemerintahan) seperti ini, jangan bayangkan pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mengalami keajaiban seperti yang dialami Cina ataupun Vietnam. Di Cina para investor hanya perlu waktu dua pekan untuk mengurus izin investasi. <br />
Tapi untungnya, sudah ada beberapa upaya yang dilakukan oleh setiap elemen tersebut. Dikalangan masyarakat sudah muncul sedikit kesadaran untuk menginvestasikan hartanya di pasar modal, apalagi lembagai penjaminan hanya menjamin simpanan sebanyak 100 juta. Dari para pelaku pasar modal sudah ada langkah untuk menstimulus masyarakat. Diantaranya dengan memberikan pengetahuan tentang investasi yang aman dan menguntungkan. Serta, seperti yang telah dilakukan oleh BEJ, dengan melakukan sosialisasi pasar modal terhadap seluruh lapisan masyarakat. Sedangkan pemerintah tampaknya sudah cukup sadar dengan manfaat yang akan diperoleh dengan kegiatan investasi di pasar modal. Seperti kebijakan yang mendukung iklim investasi. Namun, semua itu masih perlu ditingkatkan agar nantinya pasar modal talah benar-benar menjadi kebutuhan sehingga mampu mempercepat laju perekonomian bangsa Indonesia. <br />
Penutup<br />
Dalam upaya menciptakan kehidupan yang lebih baik di masa depan, perlu adanya sebuah upaya untuk mempersiapkannya. Salah satu caranya adalah dengan berinvestasi. Semua itu bertujuan agar modal yang dimiliki menjadi lebih produktif dan lebih bermanfaat.<br />
Kemudian untuk berinvestasi, ada sebagian orang atau perusahaan yang menjatuhkan pilihannya untuk berinvestasi di pasar modal. Meski investasi ini beresiko tinggi (high risk), tapi hasil yang didapatkan pun akan membuat tergiur (high return). Tidak berhenti sampai disitu, dengan berinvestasi di pasar modal ada berbagai macam manfaat yang akan di dapat. Diantaranya adalah sebagai leading indicator bagi perkembangan perekonomian suatu Negara. <br />
Hanya saja, kegiatan investasi di pasar modal ini kurang begitu tampak di Indonesia. Maka dari itu, harus ada kemauan dari berbagai kalangan (dalam hal ini masyarakat, pelaku pasar modal, dan pemerintah) untuk menjadikan pasar modal sebagai pilihan utama untuk menginvestasikan hartanya. Meski sudah ada beberapa langkah konkrit yang dilakukan, tapi harus lebih ditingkatkan. Sehingga, perekonomian Indonesia akan berkembang lebih cepat. Inilah dampak terpenting dari aktifitas berinvestasi di pasar modal, yaitu dalam rangka membangun pondasi pembangunan sebuah bangsa.<br />
Wallaahua'lam bisshawab.<br />
(tulisan ini memenangkan lomba essai pasar modal nasional tahun 2007) <br />
<br />
Daftar Pustaka<br />
Abdul Qodir, MK. 1998. Kamus Ilmiah Popular, Edisi Lux. ___ : bintang Pelajar. Cet. II<br />
<br />
Majalah Al-Ikhwan. No. 3 2007. Investasi Dan Menabung. P.P. Al-Ikhwan Pamekasan.<br />
<br />
Syauqi, I. 2007. Mendorong Investasi Syari'ah. (online) http://groups.google.co.id/group/pahlawan-bertopeng/browse_thread.html. Diakses tanggal 01 September 2007 <br />
<br />
Fitri, A. 2007. Ferry Latuhihin Bahas Manfaat Berinvestasi. (online). Pekanbaruahmad-fitri@riaupos.co.id. Diakses tanggal 01 September 2007<br />
<br />
http://apps.kompas.com/layer/sunlife/kalkulator/. Diakses tanggal 01 September 2007 <br />
<br />
http://mmufti.wordpress.com/2007/06/18/resiko-investasi/. Diakses tanggal 01 September 2007<br />
<br />
http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=265065&kat-id=389. Diakses tanggal 01 September 2007<br />
<br />
http://www.sinarharapan.co.id/ekonomi/eureka/2002/05/3/eur01.html. Diakses tanggal 01 September 2007<br />
<br />
Shihab, Q. 1997. Wawasan Al-Quran, Tafsir Maudhu'i Atas Pelbagai Persoalan Umat. Bandung: Mizan. Cet. VI. <br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Biodata Penulis<br />
Nama : Musthafa Afif<br />
NIS : 4298<br />
Tetala : Sumenep, 04 April 1989<br />
Kelas : XII IPA<br />
Alamat : Sekolah : Komplek P.P. Mambaul Ulum Bata-Bata PO. BOX 12 Pamekasan 69301. telp (0324) 334774<br />
Asrama : Block D No: 1. P.P. Mambaul Ulum Bata-Bata PO. BOX 12 pamekasan 69301. telp (0324) 323809, 331233<br />
Email : afif_4ever@yahoo.com<br />
Prestasi :<br />
Juara I Poem English Competation yang diadakan oleh IMAPADA (2003)<br />
Juara II LKTI se-Bata-Bata (2005)<br />
Juara II LKTI tingkat SLTA se-Madura yang diadakan oleh BEM IDIA Al-Amien (2005)<br />
Juara II LKTI tingkat SLTA se-Madura yang diadakan oleh BEM UIM Pamekasan (2006)<br />
Juara III deklamasi puisi tingkat pondok pesantren se-Madura yang diadakan oleh BEM UNIJOYO Bangkalan (2006)<br />
Finalis Lomba mengarang Nasional (2006)<br />
Juara III LKTI tingkat SLTA se-Madura yang diadakan oleh STIKA Guluk-Guluk (2007)<br />
Juara II Lomba Artikel se-Pamekasan yang diadakan oleh dinas P dan K Pamekasan Kerjasama dengan A & A Advertising (2007)<br />
Juara I Lomba Essai Pasar Modal yang diadakan oleh BEJ-KPEI (2007)<br />
Juara IV Lomba Essai dalam rangka URBAN SUFISM 2009 di Universitas Paramadina (2009)Mustafa Afifhttp://www.blogger.com/profile/15881170048624524522noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4685794423027769350.post-31466647574405987462010-07-14T06:33:00.003+07:002010-07-15T16:31:35.025+07:00Jangan Buang “Habibi-Habibi Kecil” (Lagi) …Lagi-lagi, bangsa Indonesia harus berterima kasih<br />
terhadap empat putra terbaiknya, Teuku Mahuzh<br />
Aufarkari (SMAN 10 Fajar Harapan, Banda Aceh), Muhamad<br />
Faiz (SMAN 10, Pacitan), William (SMA Sutomo I,<br />
Medan), Vincentius Jeremi Suhardi (SMA St. Louis,<br />
Surabaya) yang baru saja mengharumkan nama bangsa di<br />
pentas internasional karena menjadi pemenang dalam<br />
olimpiade kimia internasional (international Chemistry<br />
Olimpiade) ke-39 yang dilaksanakan di Moskow, Rusia.<br />
Mereka mampu bersaing dengan 280 siswa dari 68 negara<br />
dan berhasil menggondol dua medali perak dan dua<br />
medali perunggu. Itu artinya, prestasi tersebut lebih<br />
baik ketimbang prestasi tahun lalu yang berhasil<br />
membawa pulang empat medali perunggu.<br />
<br />
<a name='more'></a>Tak hanya dalam bidang kimia, tahun ini pun Indonesia<br />
juga mendapatkan hasil yang memuaskan pada olimpiade<br />
biologi internasional. Meski tidak seheboh olimpiade<br />
fisika tahun lalu yang menobatkan Jonathan sebagai<br />
siswa terpandai dalam bidang fisika se-dunia karena<br />
memperoleh predikat absolute winner, tapi semua itu<br />
adalah hasil kerja keras yang patut dihargai.<br />
Realitas seperti itu setidaknya membuktikan bahwa<br />
Indonesia masih mampu bersaing dengan dunia luar dalam<br />
hal adu otak, di tengah system pendidikan yang<br />
terkesan acakadut dan selalu memberikan ruang bagi<br />
masyarakat untuk menolak dan mengkritik habis-habisan.<br />
Apalagi jika sudah berkaitan dengan kebiasaan<br />
gonta-ganti kurikulum sesuai dengan mood orang-orang<br />
atas. Ini kabar yang sangat memberikan. Karena<br />
ternyata Indonesia mampu menelurkan orang-orang yang<br />
kompeten di bidang eksakta dan nantinya diharapkan<br />
mampu meningkatkan persaingan dalam IPTEK (yang masih<br />
berada di bawah Malaysia dan Singapura), disamping<br />
untuk menghadapi tantangan globalisasi yang semakin<br />
menggila.<br />
Ya, saat ini “Habibi-habibi kecil” telah lahir dan<br />
akan bertebaran untuk menggantikan habibie yang kini<br />
tinggal menikmati hasil kerja kerasnya di Jerman.<br />
Nukan di Indonesia. Ironis!<br />
<br />
Belajar Dari Peristiwa Habibie<br />
Habibie adalah contoh konkrit bagaimana orang<br />
Indonesia juga mampu membuat dunia luar tercengang<br />
dengan penemuan-penemuannya dalam berbagai disiplin<br />
ilmu. Otaknya yang encer, intuisinya yang tajam, dan<br />
visinya yang luas mampu memikat siapa saja yang<br />
mengenalnya. Habibie diakui dunia dalam bidang<br />
konstruksi pesawat terbang. Dengan nilai yang sangat<br />
memuaskan ketika menempuh pendidikan di Jerman,<br />
Habibie dilirik oleh perusahan-perusahan untuk<br />
kemudian menjadikannya sebagai pegawai. Berkat<br />
kepandaiannya, Habibie dijuluki dengan Mr. Crack<br />
karena menjadi orang pertama di dunia yang mengetahui<br />
secara persis hitungan keretakan pada pesawat terbang<br />
hingga ke detail-detailnya. Tidak salah kiranya ketika<br />
kemudian Habibie termasuk salah satu ilmuwan islam<br />
yang mempunyai pengaruh dalam ilmu pengetahuan dan<br />
tehnologi.<br />
Tapi sayang, orang yang pernah menjadi presiden<br />
Indonesia itu lebih memilih tinggal di Jerman setelah<br />
lengser dari jabatannya. Entah, semua itu berangkat<br />
dari kekerangan sikap patriotisme terhadap bangsa atau<br />
bagaimana. Tapi yang jelas, dengan tinggal di Jerman,<br />
habibie merasa lebih mempunyai masa depan dan<br />
intelektualitasnya lebih dihargai di Jerman dari pada<br />
di negeri sendiri. (Jawa Pos 01/08). Penulis berasumsi<br />
bahwa, andai saja ada upaya pamerintah untuk<br />
mempertahankannya dengan berbagai bentuk apresiasi dan<br />
penghargaan, barangkali habibie akan tetap barada<br />
disini. Di Indonesia ini. Karena bagaimanapun setiap<br />
orang ingin berjasa terhadap tanah air tercinta. (jika<br />
kemudian tidak di hargai? Itu dia masalahnya…).<br />
<br />
Penghargaan Intelektualitas ; Sebuah Keniscayaan<br />
Tampaknya kebiasaan Indonesia “membuang” asset-aset<br />
berharga memang harus segera diberhentikan. Karena<br />
jangan habibie, sumber daya alam (SDA) yang teramat<br />
sangat penting dan potensial sudah banyak yang<br />
dinikmati dan dikeruk oleh bangsa lain. Sedangkan<br />
rakyat hanya menjadi penonton yang terkebiri atas<br />
kejahatan yang diatasnamakan kebijakan.<br />
Belajar dari peristiwa Habibie, seharusnya pemerintah<br />
sudah harus mempersiapkan diri untuk membentengi<br />
“Habibi-habibi kecil” yang mulai bermunculan. Jangan<br />
sampai membiarkan orang lain yang memperoleh madu<br />
hanya karena mampu memberikan “sesuatu yang lebih”<br />
daripada Indonesia.<br />
Telah banyak sebenarnya siswa berprestasi yang sudah<br />
kecantol oleh bangsa lain, sebut saja oleh Singapura<br />
sebagai salah satu peminat dengan iming-iming<br />
fasilitas beasiswa penuh dan jaminan masa depan yang<br />
lebih menjanjikan. Bagaimanapun juga Negara-negara<br />
peminat itu bukan tanpa udang dibalik batu atau steril<br />
dari tujuan tertentu, sebab dalam clausul pemberian<br />
beasiswa, penerima beasiswa harus “mengabdikan diri”<br />
dalam jangka waktu tertentu setelah memperoleh gelar<br />
keserjanaannya. Untung bagi Indonesia, buntung bagi<br />
Indonesia.<br />
Dan salah satu kekurangan yang tampak dari Negara kita<br />
adalah “ketidakmampuan” untuk menghargai orang-orang<br />
yang telah berjasa. Maka dari itu, seharusnya<br />
pemerintah mulai belajajar untuk memberikan<br />
penghargaan (baca; menghargai) jerih payah orang-orang<br />
yang berjuang atas nama bangsa, apalagi “Habibi-habibi<br />
kecil” yang merupakan aset besar bagi negara ini.<br />
Sangat amat disayangkan ketika potensi besar mereka<br />
tidak diberdayakan dan dioptimalkan .<br />
Dalam hal pemberian penghargaan dan apresiasi, selama<br />
ini hanya diukur dari pemberian materi ketika pulang<br />
ke tanah air atau mendapat undangan dari Presiden.<br />
Memang itu juga berguna bagi mereka. Tapi, yang lebih<br />
mereka butuhkan adalah bagaimana intelektualitas<br />
mereka mampu dikembangkan dan nantinya akan<br />
berpengaruh terhadap masa depan yang mereka<br />
impi-impikan. Dalam hal ini pemerintah harus melakukan<br />
usaha preventif untuk melindungi aset-aset<br />
berharganya. Hal itu bias dilakukan dengan pemberian<br />
beasiswa penuh untuk program S-1 dan diberikan<br />
kebebasan untuk memilih perguruan tinggi (PT) sesuai<br />
dengan kemauan, bakat, dan kemampuannya plus jaminan<br />
hidup selama menempuh pendidikan. Toh, pada pada<br />
dasarnya kualitas beberapa PT di Indonesia tidak kalah<br />
bila dibandingkan dengan Negara lain. (Jawa Pos<br />
30/08). Di samping itu, dengan mempertahankan<br />
“habibi-Habibi kecil”, pemerintah atau orang tua<br />
mereka dapat dengan mudah memantau sejauh mana<br />
perkembangan yang telah diperoleh. Pun juga akan<br />
memberikan kesempatan yang banyak untuk memupuk sikap<br />
patriotisme mereka terhadap bangsa. Sehingga, mereka<br />
akan selalu siap berdiri di garda depan atas nama<br />
Indonesia dalam menghadapi persaingan global.<br />
Bagaimanapun juga penghargaan terhadap para siswa yang<br />
berprestasi sebagai “Habibi-Habibi kecil” merupakan<br />
sebuah keniscayaan. Karena ketika mereka tidak<br />
dihargai, mereka akan lebih memilih “kabur” dan<br />
mencari masa depan di luar bangsa yang harus banyak<br />
belajar tentang menghargai, berterima kasih, dan balas<br />
budi ini. Bukankah di luar sudah banyak proposal luar<br />
negeri yang ngantri?. Akhirnya, jagalah Aufar, Faiz,<br />
William, dan Vincentius atau “habibi-habibi kecil”<br />
lainnya. Jangan buang mereka (lagi) untuk yang<br />
kesekian kali<br />
<br />
Bata-Bata, 2007Mustafa Afifhttp://www.blogger.com/profile/15881170048624524522noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4685794423027769350.post-91432329315101294192010-07-11T15:40:00.003+07:002010-07-11T15:49:54.509+07:00Tapakmu…<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh_Q1ok79CXrtjA1DFCUi7V2ofxfa9UY4oZbsyGOpG3uFSBss3PpGw_S7IHH962wMQpcBYelkJl9UfLnSLbvZ6dHLSWt_fwZEvBbTpLnWaNDCZSQV7JEsuI1xltwnnAYUDNoTGZHsMMGPX3/s1600/images6.jpg"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 95px; height: 123px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh_Q1ok79CXrtjA1DFCUi7V2ofxfa9UY4oZbsyGOpG3uFSBss3PpGw_S7IHH962wMQpcBYelkJl9UfLnSLbvZ6dHLSWt_fwZEvBbTpLnWaNDCZSQV7JEsuI1xltwnnAYUDNoTGZHsMMGPX3/s400/images6.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5492566497589285234" /></a><br /><br />Malam ini, kujarah sinar matahari melalui mata hatiku lantaran obor yang kunyalakan tak mampu melukis jejakmu<br />Hilang kemanakah tapakmu?<br />Dan jika makin malam, saat tetes-tetes embun mulai menidurkan dedebuan yang melenggak bersama semilir angin, juga tak kutemukan,<br />Akan kemanakah kucari senyummu?<br />Tapakmu, ibu<br />Jejakmu, ibu,<br />Senyummu, ibu<br />Hingga lelah menjarah sekucur jiwaku dan peluh mengucur deras menapaki setiap lekuk tubuhku,<br />Lamat kudengar bisikan merdu; <br />“merunduklah, dihatimu kau pasti temukan tapak jejak itu…”<br />Ah, Tuhan itu suara ibuku!<br />Jakarta, 10 Juli 2010Mustafa Afifhttp://www.blogger.com/profile/15881170048624524522noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-4685794423027769350.post-67950993208263770232010-07-11T12:59:00.003+07:002010-07-15T16:32:36.258+07:00Tentang Jakarta (1), Prolog<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiKGjyFqMoosl5lBGI-BX75CkKc72Xv_JiK5BtDGsT_xR_BOZeOm2tOttq9kcJ7H3j893xyXfDK_yBdP-ZKc1ipjSYORc5PbRxnfAU9DZevlLgMIYDJobVU_K57oNHwNF25-LoIcT2K057B/s1600/images.jpg" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5492524453734164498" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiKGjyFqMoosl5lBGI-BX75CkKc72Xv_JiK5BtDGsT_xR_BOZeOm2tOttq9kcJ7H3j893xyXfDK_yBdP-ZKc1ipjSYORc5PbRxnfAU9DZevlLgMIYDJobVU_K57oNHwNF25-LoIcT2K057B/s400/images.jpg" style="cursor: pointer; float: left; height: 89px; margin: 0pt 10px 10px 0pt; width: 129px;" /></a><br />
<br />
Pertama, ini mungkin cerita tentang ‘keterbelakangan’ orang yang memang terbelakang, mencoba mengisahkan sedikit di antara bejibun misteri kota Jakarta. Tentang ini, bahkan ada teman saya yang bilang, “idih, goblok maksa!” ucapnya dengan tampang sok bohay. Saya tersenyum saja, tersenyum khas dengan interpretasi sedikit witis (istilah orang jawa). <br />
Kedua, cerita ini mungkin semacam “culture shock” (meminjam istilah Din Syamsuddin) yang biasa terjadi ketika ada asimilasi kebudayaan. Antara desa dan kota. Antara Madura dan Jakarta. Antara wong cilik dengan orang gede, dan semacamnya dan semacamnya…. <br />
Ketiga, dengan harapan besar bahwa tulisan ini akan menjadi semacam inspirasi, renungan, atau mungkin bahan tertawaan. Yah, setidaknya meski tidak sepopuler tulisan Dahlan Iskan ketika menuliskan detik-detik Operasi Hatinya, tapi inilah tulisan saya, hadir dengan rasa percaya diri yang purna! Semoga…<br />
<br />
<a name='more'></a>Bahkan, hingga tulisan ini mulai dibayangkan untuk ditulis, saya tidak tahu harus memulainya dari mana. Dari Monas (karena tinggi lalu turun ke bawah, sedikit membumi), dari Cibubur, dari Metro TV, dari Wisma Handayani milik Disdakmen di Cipete, dari Dufan, atau mungkin dari cara makan orang Madura yang sedikit keterlaluan!. Ah, awalnya saja sudah membingungkan. Lalu bagaimana akhirnya? Semoga tidak acakadut. Semoga jadi hiburan. Amien, ya Rob… (ah, azzam banget!)<br />
Dan akhirnya, saya tahu harus memulai dari mana. Sebagaimana alur dalam sebuah cerita, ada maju, ada mundur, ada maju-mundur. Dan saya memutuskan untuk memilih maju-mundur, meski dengan konsekuensi pembaca mungkin akan merasa ‘dipermainkan’. Tapi, itulah cerita… , darimana saja memulainya, yang penting semuanya masih dalam batas “kewajaran”.<br />
Pembaca mungkin bertanya, kenapa harus Jakarta yang diceritakan? Bukankah akan kesulitan jika harus mereview sesuatu yang sudah menjadi masa lalu? Kenapa tidak Madura saja yang masih “gemah ripah loh jenaweh”? sekali lagi ini tentang ketertarikan dan sebuah tantangan, kawan (meski kurang mengena, saya harap anda paham!). Bla. Bla. Bla…<br />
……._ssttt, pembaca tahu kenapa saya seakan-akan mendelay tulisan ini? Ngalor-ngidul kesana kemari seperti tak jelas juntrungannya. Pambaca tahu?. OK-OK. Selain untuk membuat penasaran dan pembaca seperti orang kegatelan, (syukur-syukur bisa mengucapkan, “ih bikin penasaran aja…”,) yang mau saya tulis (ini yang penting) tak jua muncul ke permukaan, kawan… WHAT??? GILA…!!!. Blank. Kosong. Hitam… Dari tadi sudah saya paksa, tak mau keluar. Sudah saya beri bermacam-macam stimulus, idesaya seperti diam. Akhirnya, saya ingat sesuatu; mengepulkan asap, meniupnya hingga terbang, melayang-layang di udara. Dan seketika, ide saya muncrat kemana-mana, bahkan sekarang mereka sedang menari bersama asap magis buatan saya. Ini mungkin hiperbolis, melankolis, dan metaformis, tapi yang penting nggak najis! Itu ajah.. jah… jah…<br />
*nggak nyambung banget!*<br />
<br />
Hah&*haf^5$%&)(&nda&^%$<br />
<br />
Huff%^#67(#@!)(&(<br />
<br />
Dan, Bismillahirrahmaanirrahim…<br />
<br />
Tunggu, ya…<br />
<br />
Edisi per Edisi, (karena buatnya sesuka hati, tak setiap hari…)Mustafa Afifhttp://www.blogger.com/profile/15881170048624524522noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4685794423027769350.post-1862166150572243842010-07-11T05:56:00.000+07:002010-07-11T06:02:07.117+07:00Hingga Renta Tubuh Ini<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgh4HXHP5zn3XOwcuUZArU7eMgT9VFBK689UXjzn0ES6ItCrFMhbeSxScxlxdrljVxglchw1wiqppmnqu_xWJoXbDYZDvjUu48_UMH44JbAN3mkO3wMfnJdTWzjC430FNZIr7jAgs946tPX/s1600/Ndary+Termenung.jpg"><img style="display: block; margin: 0px auto 10px; text-align: center; cursor: pointer; width: 200px; height: 200px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgh4HXHP5zn3XOwcuUZArU7eMgT9VFBK689UXjzn0ES6ItCrFMhbeSxScxlxdrljVxglchw1wiqppmnqu_xWJoXbDYZDvjUu48_UMH44JbAN3mkO3wMfnJdTWzjC430FNZIr7jAgs946tPX/s200/Ndary+Termenung.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5492416032115135298" border="0" /></a><br />Hingga renta tubuh ini,<br />dan derai-derai gerimis tak jua mampu<br />merinaikan gelora rindu di ujung piluku<br />hanya desah yang gundah<br />hanya gelisah yang pasrah<br />kau, selalu saja melambungkan anganku<br />tak puaskah kau jilati tetes-tetes airmataku?<br />kau, selalu saja maniup-niup ubun kepalaku<br />mungkinkah jeritku kau kata merdu?<br />Hingga renta tubuh ini,<br />sedari dulu, mestinya kutundukkan wajahku<br />biar tak lagi ada geliat anggunmu<br />Maafkan aku, sayang… (sekali ini saja)<br />ini salahku, bukan salahmu<br />maafkan aku, sayang… (ini yang terakhir)<br />bukan aku tak mau, kau saja tak suka<br /><br />surgaku, 2010Mustafa Afifhttp://www.blogger.com/profile/15881170048624524522noreply@blogger.com0